ESAI
I – MERINGKAS JURNAL SAMPAH
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN ANTAPANI TENGAH
KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG
Nama :
Andhika Cahya Nugraha
NIM :
24310410059
Kelas :
SJ & SP
Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A

|
Topik
|
Jejaring kebijakan laba-laba,
pengelolaan sampah berbasis masyarakat, sampah rumah tangga.
|
|
Sumber
|
Mariane, I., Gnagey, M.R., Karali,
M.A., Hardiyanti, E. (2025). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH
BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN ANTAPANI TENGAH KECAMATAN ANTAPANI KOTA
BANDUNG. Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi. 16(1), Januari 2025,
93-108.
|
|
Perma- salahan
|
Permasalahan sampah selalu bermula dari
hulu atau sumber (rumah tangga). Meskipun pengolahan sampah di tingkat akhir
sudah baik, namun apabila di hulu tersebut pengelolaan sampahnya buruk, maka
persoalan tentang sampah akan tetap selalu ada. Masalahnya masih banyak
masyarakat yang kurang peduli dengan sampah rumah tangganya sendiri. Salah
satu penyebabnya adalah model jejaring kebijakan (policy network) dari
Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan sampah pada umumnya yaitu dengan
hanya menuntut/memaksa keterlibatan masyarakat untuk mengelola sampahnya
sendiri, sehingga hal tersebut tidak cukup membuat masyarakat tergerak untuk
sadar dan peduli untuk mengelola sampahnya sendiri.
|
|
Tujuan penelitian
|
Untuk mengidentifikasi model jejaring
kebijakan yang cocok untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
|
|
Isi
|
- Sampah di kota Bandung masih menjadi
isu yang perlu diselesaikan bersama, mulai dari sektor pemerintah, akademisi,
hingga komunitas. Sebanyak 1.500 ton sampah dihasilkan setiap harinya di Kota
Bandung atau 0,63 kg tiap orang per hari.
- Salah satu bentuk pengelolaan sampah
berbasis masyarakat adalah Bank sampah, meskipun jumlah bank sampah semakin
banyak, tapi partisipasi masyarakat terhadapnya masih terbilang rendah jika
dibandingkan dengan jumlah total keseluruhan penduduk
- Jejaring kebijakan yang seharusnya
bukan hanya menuntut peran serta atau keterlibatan para aktor sebagai
partisipan, melainkan juga hubungan saling menguntungkan di antara aktor,
yang dalam kerangka good governance antara pemerintah dengan dunia
usaha dan masyarakat, dalam pengelolaan sampah sebagai permasalahan yang
multidimensi dan lintas sektoral, serta memerlukan keterlibatan semua pihak
agar mencapai pembangunan berkelanjutan.
|
|
Metode
|
- Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif, juga melalui studi literatur dan
fenomenologi.
- Pengumpulan Data dilakukan melalui : Pertama
wawancara penelitian menggunakan model wawancara semi terstruktur. Kedua observasi
pengamatan dilakukan dengan mengamati wujud jejaring kebijakan, yaitu
kegiatan komunikasi, kerjasama, dan keterlibatan masing-masing aktor dalam
pengelolaan bank sampah di kelurahan antapani tengah kecamatan antapani kota
bandung. Dan ketiga dokumentasi perolehan data yang berasal dari
dokumen-dokumen, baik tertulis atau terekam, terkait dengan objek penelitian.
|
|
Hasil
|
- Kelurahan Antapani Tengah sudah
menerapkan RTPS yaitu rencana teknis pengelolaan sampah yang sudah diterapkan
sejak tahun 2020. Sistem ini fungsinya sebagai pengurangan sampah sekaligus
menciptakan kemandirian masyarakat dalam mengolah sampah. Pengelolaan sampah
di bina dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, bagaimana supaya sampah di
Kelurahan Antapani Tengah bisa terkelola dengan baik.
- Kelurahan Antapani Tengah merupakan
kawasan bebas sampah (KBS) yang merupakan salah satu program kota Bandung
dalam upaya pengurangan sampah. Kelurahan Antapani Tengah sudah menerapkan gerakan
abah timi (abdi milah sampah ti bumi). Gerakan Abah Timi ini fungsinya
sebagai pengurangan sampah sekaligus menciptakan kemandirian masyarakat dalam
mengolah sampah. Dari rumah tangga sudah ada pemilahan sampah, otomatis
sampah yang berpotensikan bisa dimanfaatkan kembali, tidak akan dibuang
tetapi dikelola langsung oleh kewilayahan.
- Model Jejaring Kebijakan Laba-laba
merupakan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang kompleks dan
terintegrasi, mirip dengan jaring laba-laba. Model ini memperlihatkan adanya
keterbukaan hubungan aktor-aktor yang terjadi dalam tataran antar subsistem
kebijakan
- Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat berupaya memaksimalkan peran
individu-individu dalam masyarakat guna mengangkat kehidupan mereka sendiri.
Peran para aktor yang mencakup berbagai tingkatan, mulai dari rumah tangga,
RT/RW, hingga pemerintah daerah, sangat penting dalam pengelolaan sampah.
Peran aktor tingkatan atas untuk terus sosialisasi tingkatan yang lebih bawah
mengenai pengelolaan sampah bahwa hal tersebut dapat menguntungkan bersama
dapat menyadarkan para aktor tersebut. Para aktor tingkatan atas harus
menjamin kepercayaan, komitmen, sumber daya, aturan, sistem nilai,
kepentingan publik, anggaran, dan sumber daya manusia pada aktor yang lebih
bawah untuk memberikan keterbukaan hubungan antar aktor.
|
|
Dikusi
|
- Pengelolaan sampah paling baik adalah
ketika melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Namun tantangannya yaitu
tentang kepedulian masyarakat terhadap sampah.
- Model Jejaring Kebijakan Laba-laba
sangat sesuai dipakai dalam upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat,
akan tetapi perlunya peran aktif dan kontrol dari lapisan masyarakat yang
lebih tinggi (Dinas mengontrol RT/RW, lalu RT/RW mengontrol masyarakat umum)
supaya model ini dapat berjalan dengan semestinya.
|
0 komentar:
Posting Komentar