Sabtu, 08 November 2025

ESAI I - Andhika Cahya N (24310410059) - Meringkas Jurnal Sampah - Psikologi Lingkungan - Dr. Arundati Shinta, M.A

 

ESAI I – MERINGKAS JURNAL SAMPAH

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN ANTAPANI TENGAH KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG

 

Nama                          : Andhika Cahya Nugraha

NIM                            : 24310410059

Kelas                           : SJ & SP

Mata Kuliah                : Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu        : Dr. Arundati Shinta, M.A

 



Topik

Jejaring kebijakan laba-laba, pengelolaan sampah berbasis masyarakat, sampah rumah tangga.

Sumber

Mariane, I., Gnagey, M.R., Karali, M.A., Hardiyanti, E. (2025). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN ANTAPANI TENGAH KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG. Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi. 16(1), Januari 2025, 93-108.

Perma- salahan

Permasalahan sampah selalu bermula dari hulu atau sumber (rumah tangga). Meskipun pengolahan sampah di tingkat akhir sudah baik, namun apabila di hulu tersebut pengelolaan sampahnya buruk, maka persoalan tentang sampah akan tetap selalu ada. Masalahnya masih banyak masyarakat yang kurang peduli dengan sampah rumah tangganya sendiri. Salah satu penyebabnya adalah model jejaring kebijakan (policy network) dari Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan sampah pada umumnya yaitu dengan hanya menuntut/memaksa keterlibatan masyarakat untuk mengelola sampahnya sendiri, sehingga hal tersebut tidak cukup membuat masyarakat tergerak untuk sadar dan peduli untuk mengelola sampahnya sendiri.

Tujuan penelitian

Untuk mengidentifikasi model jejaring kebijakan yang cocok untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat.  

 

Isi

  • Sampah di kota Bandung masih menjadi isu yang perlu diselesaikan bersama, mulai dari sektor pemerintah, akademisi, hingga komunitas. Sebanyak 1.500 ton sampah dihasilkan setiap harinya di Kota Bandung atau 0,63 kg tiap orang per hari.
  • Salah satu bentuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah Bank sampah, meskipun jumlah bank sampah semakin banyak, tapi partisipasi masyarakat terhadapnya masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan jumlah total keseluruhan penduduk
  • Jejaring kebijakan yang seharusnya bukan hanya menuntut peran serta atau keterlibatan para aktor sebagai partisipan, melainkan juga hubungan saling menguntungkan di antara aktor, yang dalam kerangka good governance antara pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat, dalam pengelolaan sampah sebagai permasalahan yang multidimensi dan lintas sektoral, serta memerlukan keterlibatan semua pihak agar mencapai pembangunan berkelanjutan.

Metode

  • Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, juga melalui studi literatur dan fenomenologi.
  • Pengumpulan Data dilakukan melalui : Pertama wawancara penelitian menggunakan model wawancara semi terstruktur. Kedua observasi pengamatan dilakukan dengan mengamati wujud jejaring kebijakan, yaitu kegiatan komunikasi, kerjasama, dan keterlibatan masing-masing aktor dalam pengelolaan bank sampah di kelurahan antapani tengah kecamatan antapani kota bandung. Dan ketiga dokumentasi perolehan data yang berasal dari dokumen-dokumen, baik tertulis atau terekam, terkait dengan objek penelitian.

Hasil

  • Kelurahan Antapani Tengah sudah menerapkan RTPS yaitu rencana teknis pengelolaan sampah yang sudah diterapkan sejak tahun 2020. Sistem ini fungsinya sebagai pengurangan sampah sekaligus menciptakan kemandirian masyarakat dalam mengolah sampah. Pengelolaan sampah di bina dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, bagaimana supaya sampah di Kelurahan Antapani Tengah bisa terkelola dengan baik.
  • Kelurahan Antapani Tengah merupakan kawasan bebas sampah (KBS) yang merupakan salah satu program kota Bandung dalam upaya pengurangan sampah. Kelurahan Antapani Tengah sudah menerapkan gerakan abah timi (abdi milah sampah ti bumi). Gerakan Abah Timi ini fungsinya sebagai pengurangan sampah sekaligus menciptakan kemandirian masyarakat dalam mengolah sampah. Dari rumah tangga sudah ada pemilahan sampah, otomatis sampah yang berpotensikan bisa dimanfaatkan kembali, tidak akan dibuang tetapi dikelola langsung oleh kewilayahan.
  • Model Jejaring Kebijakan Laba-laba merupakan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang kompleks dan terintegrasi, mirip dengan jaring laba-laba. Model ini memperlihatkan adanya keterbukaan hubungan aktor-aktor yang terjadi dalam tataran antar subsistem kebijakan
  • Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat berupaya memaksimalkan peran individu-individu dalam masyarakat guna mengangkat kehidupan mereka sendiri. Peran para aktor yang mencakup berbagai tingkatan, mulai dari rumah tangga, RT/RW, hingga pemerintah daerah, sangat penting dalam pengelolaan sampah. Peran aktor tingkatan atas untuk terus sosialisasi tingkatan yang lebih bawah mengenai pengelolaan sampah bahwa hal tersebut dapat menguntungkan bersama dapat menyadarkan para aktor tersebut. Para aktor tingkatan atas harus menjamin kepercayaan, komitmen, sumber daya, aturan, sistem nilai, kepentingan publik, anggaran, dan sumber daya manusia pada aktor yang lebih bawah untuk memberikan keterbukaan hubungan antar aktor.

Dikusi

  • Pengelolaan sampah paling baik adalah ketika melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Namun tantangannya yaitu tentang kepedulian masyarakat terhadap sampah.
  • Model Jejaring Kebijakan Laba-laba sangat sesuai dipakai dalam upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat, akan tetapi perlunya peran aktif dan kontrol dari lapisan masyarakat yang lebih tinggi (Dinas mengontrol RT/RW, lalu RT/RW mengontrol masyarakat umum) supaya model ini dapat berjalan dengan semestinya.

 

0 komentar:

Posting Komentar