ESAI 2-PLOGGINGDOSEN PENGAMPU : Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A
PSIKOLOGI LINGKUNGAN KELAS SPSJ
Pada pagi hari, sekitar jam 07.20 tanggal 8 november rute
saya adalah area rumah saya di area tongkol, minomartani, condongcatur. Perjalanan
saya mulai dengan kantong sampah di satu tangan saya dan saya lakukan sembari
saya berlari kecil. Jaraknya tidak jauh, mungkin hanya satu kilometer di
kawasan ini. Minomartani yang cenderung tenang pagi itu menyimpan sampahnya
sendiri. Di sepanjang jalan perumahan, saya menemukan "harta karun"
yang ironis yaitu botol-botol plastik bekas air mineral dan sampah plastik
ringan yang terbang terbawa angin pagi. Setiap kali saya membungkuk, rasanya
seperti memungut frasa yang dibuang sembarangan dari sebuah cerita. Saya memungut
banyak sampah plastik bekas makanan di
depan sebuah sekolah Sekolah Dasar. Sepanjang pagi itu saya jogging kecil
sambil memungut sampah-sampah yang saya temukan di sepanjang jalan.
Pada sore hari sekitar pukul 15.20, saya melanjutkan lari
saya, menyeberang ke area yang lebih sibuk. Di sini, narasinya berubah. Dekat
dengan keramaian jalan raya dan area komersial, sampahnya lebih berat. Bekas
tempat makan sepeti kotak styrofoam dan mika plastic (saya tidak sertakan dalam
foto) mendominasi temuan saya, seringkali masih menyisakan saus atau sisa
makanan. Ini adalah sampah konsumsi, bukti nyata dari gaya hidup yang serba
cepat. Saat saya berhenti setelah menempuh total jarak sekitar dua kilometer
pada plogging ke 2 di hari yang sama, kantong di tangan saya sudah terisi penuh.
Total berat sampah yang saya kumpulkan dalam sehari tersebut
dengan 2x plogging di tempat yang berbeda kurang lebih mencapai 2 kilogram bahkan
mungkin lebih.
Setelah saya plogging dan kembali ke rumah, saya duduk di
teras, menumpahkan isi kantong itu. Beratnya mungkin kurang lebih 2 kilogram,
tetapi visualnya padat. Inilah bagian terpenting bagi saya, yaitu melakukan
pemisahan atau memilah mana sampah yang bisa di daur ulang dan yang tidak bisa
di daur ulang. Saya mulai memilah. Botol-botol plastik bersih saya masukkan ke
tumpukan daur ulang. Namun, sebagian besar temuan saya hari ini yaitu plastik
kresek kotor, styrofoam bekas makanan, dan pembungkus yang berlapis aluminium
yang terpaksa masuk ke tumpukan sampah yang tidak bisa di daur ulang. Untuk sampah
yang masih bisa di daur ulang, saya kumpulkan untuk dibawa ke bank sampah.








0 komentar:
Posting Komentar