Minggu, 09 November 2025

ESAI 2-PLOGGING

 ESAI 2-PLOGGING
DOSEN PENGAMPU : Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A

PSIKOLOGI LINGKUNGAN KELAS SPSJ

CHRISTINA ANGELINE NATALIA M
24310420060
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


Pada pagi hari, sekitar jam 07.20 tanggal 8 november rute saya adalah area rumah saya di area tongkol, minomartani, condongcatur. Perjalanan saya mulai dengan kantong sampah di satu tangan saya dan saya lakukan sembari saya berlari kecil. Jaraknya tidak jauh, mungkin hanya satu kilometer di kawasan ini. Minomartani yang cenderung tenang pagi itu menyimpan sampahnya sendiri. Di sepanjang jalan perumahan, saya menemukan "harta karun" yang ironis yaitu botol-botol plastik bekas air mineral dan sampah plastik ringan yang terbang terbawa angin pagi. Setiap kali saya membungkuk, rasanya seperti memungut frasa yang dibuang sembarangan dari sebuah cerita. Saya memungut banyak sampah plastik  bekas makanan di depan sebuah sekolah Sekolah Dasar. Sepanjang pagi itu saya jogging kecil sambil memungut sampah-sampah yang saya temukan di sepanjang jalan.



Pada sore hari sekitar pukul 15.20, saya melanjutkan lari saya, menyeberang ke area yang lebih sibuk. Di sini, narasinya berubah. Dekat dengan keramaian jalan raya dan area komersial, sampahnya lebih berat. Bekas tempat makan sepeti kotak styrofoam dan mika plastic (saya tidak sertakan dalam foto) mendominasi temuan saya, seringkali masih menyisakan saus atau sisa makanan. Ini adalah sampah konsumsi, bukti nyata dari gaya hidup yang serba cepat. Saat saya berhenti setelah menempuh total jarak sekitar dua kilometer pada plogging ke 2 di hari yang sama, kantong di tangan saya sudah terisi penuh.



Total berat sampah yang saya kumpulkan dalam sehari tersebut dengan 2x plogging di tempat yang berbeda kurang lebih mencapai 2 kilogram bahkan mungkin lebih.

Setelah saya plogging dan kembali ke rumah, saya duduk di teras, menumpahkan isi kantong itu. Beratnya mungkin kurang lebih 2 kilogram, tetapi visualnya padat. Inilah bagian terpenting bagi saya, yaitu melakukan pemisahan atau memilah mana sampah yang bisa di daur ulang dan yang tidak bisa di daur ulang. Saya mulai memilah. Botol-botol plastik bersih saya masukkan ke tumpukan daur ulang. Namun, sebagian besar temuan saya hari ini yaitu plastik kresek kotor, styrofoam bekas makanan, dan pembungkus yang berlapis aluminium yang terpaksa masuk ke tumpukan sampah yang tidak bisa di daur ulang. Untuk sampah yang masih bisa di daur ulang, saya kumpulkan untuk dibawa ke bank sampah.


0 komentar:

Posting Komentar