Esai 2 — Plogging
Psikologi Lingkungan
Rafael Jadug Bayu Luhur
24310410055
Kelas Reguler (A)
Dr., Dra. Arundati Shinta M. A.
Plogging merupakan salah satu tren fitness dari Swedia yang menggabungkan kegiatan lari pelan (jogging) sambil memunguti sampah yang dijumpai. Istilah “Plogging” berasal dari Bahasa Inggris “jogging” dan Swedia “plocka upp” yang memiliki arti “picking up”. Tujuan dari kegiatan ini adalah berolahraga untuk menyehatkan kondisi fisik dan mental sembari memungut sampah untuk menjaga lingkungan.
Saya berkesempatan melakukan plogging sebanyak dua kali, yakni pada tanggal 5 Oktober 2025 dan 25 Oktober 2025 di tempat yang berbeda. Pada kesempatan pertama, yakni tanggal 5 Oktober 2025, saya melakukan plogging di sekitar Stadion Maguwoharjo, Depok, Sleman. Plogging saya mulai dari pukul 16.17 - 17.00 WIB, dimana saat itu lokasi sekitar mulai dipenuhi dengan warga yang berolahraga lari pelan, beberapa juga tengah sibuk menyiapkan lapak untuk berjualan. Berbekal kantong plastik, saya memilih untuk memungut sampah sisa sedotan plastik. Alasan saya memilih sampah jenis tersebut adalah karena jumlah sampah sedotan plastik yang dihasilkan sangat fantastis. Indonesia mampu menghasilkan sampah sedotan plastik sekitar 93 juta kg per hari (Kompas, 2024). Awalnya saya berpikir bahwa melakukan plogging adalah hal yang mudah, namun berbanding terbalik dengan realita yang saya hadapi. Banyak warga sekitar yang menatap aktivitas plogging saya, kebanyakan melihat dengan heran dan bingung. Saya berusaha untuk acuh, menghalau rasa malu yang mulai timbul dalam diri saya. Karena saya memilih untuk berjalan santai daripada berlari, jarak yang saya tempuh tidaklah jauh hanya sekitar 700m. Saya berhasil mengumpulkan sampah sedotan dengan berat 0,4kg, jumlah yang membuat saya cukup terkejut mengingat area jalan tersebut sering dibersihkan oleh petugas sapu jalanan.
Pada kali kedua saya melakukan plogging di area sekitar rumah saya di Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah. Saya melakukan plogging di area tersebut karena kebetulan sedang pulang kampung. Jarak yang saya tempuh kali ini 1,1km dan dimulai dari pukul 17.28 - 18.15 WIB. Jumlah sampah sedotan plastik kali ini yang berhasil terkumpul lebih sedikit daripada plogging yang pertama, yakni hanya 0,2kg. Berbeda dengan pengalaman plogging pertama, kali ini saya lebih percaya diri dan fokus dengan aktivitas saya. Mungkin karena jalur yang saya pilih tidak begitu padat dengan orang sehingga saya bisa lebih fokus dan menikmati aktivitas plogging.
Melihat kondisi dari kedua sampah sedotan tersebut yang sudah rusak, terpotong, dan tersumbat dengan tanah, saya memilih untuk membuang sedotan-sedotan bekas tersebut ke tempat sampah terdekat saat itu.
Dari kedua pengalaman plogging tersebut terdapat beberapa hal yang dapat saya simpulkan. Pertama, perlu adanya kesadaran dalam diri individu terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Menjaga lingkungan dapat dilakukan dengan aktivitas yang menyenangkan, salah satunya plogging. Kedua, perlu adanya pembiasaan agar individu percaya diri untuk berperilaku pro lingkungan . Disini saya masih merasa kesulitan di saat aktivitas plogging saya mendapatkan tatapan heran dari orang sekitar. Terakhir, perlu membudayakan aktivitas memungut sampah. Karena warga lebih terbiasa melihat dan berperilaku membuang sampah sembarangan daripada memunguti sampah tersebut. Makanya aktivitas memungut sampah yang saya lakukan membuat mereka keheranan alih-alih termotivasi atau menirunya.






0 komentar:
Posting Komentar