Laporan Reflektif: Transformasi Lingkungan melalui
Pendekatan Before-After dalam Pemungutan Sampah di Stadion Kridosono,
Yogyakarta
Nunung Setyowati (
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Minggu pagi tanggal 26 Oktober 2025, aku lagi semangat banget nih, meskipun
cuaca mendung dan agak gelap di sekitar Stadion Kridosono, Jogja. Tugas kuliah
psikologi lingkunganku kali ini tentang before-after memungut sampah, jadi aku
harus dokumentasikan perubahan kondisi sebelum dan sesudah aksi. Mulai dari jam
7 pagi sampai jam 8 pagi, aku fokus di dua spot: gerbang masuk stadion dan
parkiran stadion. Udara dingin karena mendung, tapi justru bikin joggingku
lebih nyaman, nggak kepanasan. Aku bawa kamera ponsel buat foto before-after,
sarung tangan, dan kantong sampah besar. Sebagai mahasiswi psikologi, aku
excited karena ini nggak cuma soal bersih-bersih, tapi juga mengamati bagaimana
lingkungan yang rapi bisa memengaruhi mood orang-orang di sekitar.
Aku mulai dari gerbang masuk stadion dulu. Before: Wah, pagi-pagi gini,
gerbangnya kelihatan berantakan banget! Sampah bungkus makanan ringan seperti
kemasan mie instan dan permen berserakan di trotoar, campur aduk sama botol
plastik kosong yang bergelindingan karena angin. Mungkin sisa dari pengunjung
malam sebelumnya yang nonton pertandingan atau sekadar nongkrong. Daun kering
juga numpuk, tapi yang paling mendominasi ya bungkus dan botol plastik itu. Aku
foto dulu kondisinya: trotoar kotor, rumput pinggir gerbang penuh sampah, dan
bau agak amis karena botol-botol yang basah kena embun. Rasanya miris, loh,
karena gerbang ini kan pintu masuk utama, harusnya welcoming tapi malah bikin
males lewat. Aku mulai memungut satu per satu sambil jogging pelan, jongkok
ambil bungkus yang nyempil di semak. Botol plastiknya ringan, tapi banyak yang
pecah atau kotor, jadi aku hati-hati biar nggak terluka.
After: Setelah 30 menit, wow, perubahannya nyata! Gerbang masuk sekarang
bersih kinclong. Trotoar bebas sampah, rumput terlihat hijau segar tanpa
bungkusan warna-warni yang mengganggu. Aku foto lagi, dan bandingin: before
kelihatan kumuh, after seperti baru dibersihin petugas. Seneng banget rasanya,
karena aku bayangin kalau orang lewat sini pagi ini, mood mereka bakal lebih
baik. Dari perspektif psikologi, lingkungan yang teratur bisa kurangi stres dan
tingkatkan rasa aman, kan?
Selanjutnya, aku pindah ke parkiran stadion. Before: Area parkiran ini
lebih luas, jadi sampahnya lebih banyak tersebar. Bungkus plastik dari makanan
cepat saji dan botol-botol minuman berserakan di antara mobil-mobil yang parkir
semalam. Pinggir aspal penuh botol yang berguling, dan bungkusan yang
beterbangan karena angin mendung. Kondisinya lebih parah dibanding gerbang,
mungkin karena orang-orang buang sembarangan dari jendela mobil. Aku foto dulu:
parkiran kelihatan seperti tempat sampah raksasa, dengan botol plastik yang
mengkilap karena embun pagi. Joging di sini tantangannya lebih besar, karena
aku harus zig-zag antar kendaraan sambil pungut sampah. Bungkusnya lengket dan
botolnya berat kalau ada sisa air, tapi aku tetep antusias!
After: Dalam 30 menit terakhir, parkiran berubah total! Semua bungkus dan
botol plastik aku kumpulin, sekarang area itu rapi, aspal terlihat bersih, dan
nggak ada lagi sampah yang mengganggu pandangan. Foto after menunjukkan
perbedaan drastis: dari berantakan jadi nyaman buat parkir. Aku ngerasa puas
banget, karena ini bukti bahwa aksi kecil seperti memungut sampah bisa ciptakan
efek domino positif buat komunitas.
Total sampah yang aku pungut dari kedua area nggak nyampe 2 kg. Aku timbang
pakai timbangan portable, mungkin sekitar 1,5 kgan aja, mostly bungkus dan
botol plastik. Setelah selesai, aku bawa ke spot aman di pinggir stadion bakar bungkus
plastik dan sampah daun-daun dengan api kecil, untuk sampah botol plastik aku
bawa pulang untuk disetor ke bank sampah di kampung tempat tinggalku. Asapnya naik pelan di bawah langit mendung,
dan aku mikir, ini cara sederhana buat kurangi volume sampah tanpa bikin polusi
berlebih. Kegiatan before-after ini bikin aku lebih sadar betapa pentingnya
psikologi lingkungan—dari kondisi kotor yang bikin down, jadi bersih yang
uplifting. Stadion Kridosono sekarang terasa lebih hidup, dan aku yakin kalau
lebih banyak orang ikutan, Jogja bakal tambah asyik! Can't wait buat tugas
serupa lagi, karena ini nggak cuma tugas, tapi petualangan pagi yang bikin hari
lebih cerah meski cuaca mendung.







0 komentar:
Posting Komentar