JAWABAN UTS PSIKOLOGI LINGKUNGAN
24310410202
Reguler A
Psikologi Lingkungan
Dr. Arundati Shinta
22.15
Foto tersebut tentang situasi perumahan yang ada di Amerika Selatan. Pada saat perkuliahan berlangsung, semua mahasiswa termasuk saya juga sepakat mengatakan bahwa perumahan tersebut sangat kumuh dan tidak ada satu pun mahasiswa yang bersedia tinggal di perumahan tersebut, kecuali terpaksa kalaupun ada mahasiswa yang sangat terpaksa tinggal di perumahan itu, maka mahasiswa tersebut berencana akan membersihkannya, mengecat uang dan memperbaikinya. Di foto tersebut juga terlihat ada beberapa penghuni perumahan. Disini saya akan menjelaskan mengapa ada orang yang bersedia tinggal di perumahan tersebut. Dengan menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Bell et al.,2001, Patimah et al., 2024; Sarwono, 1995).
Apa persepsi lingkungan hidup itu? persepsi terhadap lingkungan hidup adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya. Bagi saya, foto itu memicu persepsi “kumuh” dan dan keengganannya untuk ditinggali kecuali dalam keadaan terpaksa. Keinginan mereka untuk membersihkan atau memperbaiki lingkungan tersebut merupakan bentuk dari coping behavior atau penyesuaian diri terhadap stress yang mereka rasakan.
Jika persepsi menjadi dasar terbentuknya suatu keputusan dan akhirnya perilaku. Maka, seseorang tinggal di perumahan yang dianggap kumuh oleh orang lain karena persepsi lingkungan bersifat subjektif dan tidak semata-mata didasarkan pada kondisi fisik objektif, seperti yang dijelaskan dalam skema Paul A. Bell dan kawan-kawan. Skema ini menunjukkan bahwa persepsi adalah proses aktif yang melibatkan interaksi antara stimulus lingkungan (kondisi perumahan) dan kondisi internal individu.
Sebaliknya, bagi penghuni asli, lingkungan tersebut mungkin berada dalam batas toleransi atau mereka telah lama beradaptasi dengan kondisi tersebut. Faktor-faktor seperti ketersediaan pilihan perumahan lain yang terbatas, biaya sewa yang terjangkau, prioritas hidup yang berbeda (misalnya, kedekatan dengan pekerjaan lebih penting daripada fasilitas mewah), atau norma sosial yang berbeda dapat membuat lingkungan tersebut diterima sebagai tempat tinggal yang fungsional. Singkatnya, apa yang dianggap tidak layak huni oleh satu kelompok bisa jadi dianggap normal dan dapat ditoleransi oleh kelompok lain karena perbedaan pengalaman hidup dan kerangka referensi budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, A.P., Greene, T.C., Fisher, J.D. & Baum, A. (2001). Environmental psychology. 5th ed. Harcourt College Publishers.
Patimah, S., Nugroho, A., & Wulandari, R. (2024). Psikologi Lingkungan: Teori dan Aplikasi di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Psikologi Nusantara.







0 komentar:
Posting Komentar