Selasa, 11 November 2025

Plogging: Langkah Kecil, Dampak Besar Untuk Lingkungan

 Esai 2 Plogging

Esai Ke-2 Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu Dr. Arundati Shinta, M. A
Andarini Sulistiawati
NIM. 24310410201
Kelas A
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta 


Plogging: Langkah Kecil, Dampak Besar Untuk Lingkungan

Kegiatan plogging adalah gabungan antara jogging dan memungut sampah. Kegiatan plogging bukan hanya bermanfaat bagi fisik/tubuh kita, tetapi juga bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Saya telah melakukan kegiatan ini dua kali. Motivasi awal saya melakukan plogging ini guna memenuhi tugas saya pada mata kuliah psikologi lingkungan. Untuk memenuhi tugas tersebut, awalnya saya memang merasa malu untuk melakukannya. Namun, ketika saya melakukannya saya merasa senang dan asik, sehingga ingin melakukannya lagi meski sudah tidak ada tugas yang perlu dipenuhi.  Bagi saya pengalaman ini memberikan makna tersendiri tentang peran sederhana kita dalam perubahan lingkungan.

Pertama kali saya melakukan plogging adalah di jalan raya Ngalang, Gedangsari, Gunungkidul saat sore hari pukul 15.40-16.40, akhir pekan, 2 November 2025. Udara segar dan suasana jalanan yang tidak terlalu ramai membuat motivasi tersendiri untuk berolahraga di sore hari. Namun, di tengah kedaamaian itu, saya melihat masih banyak sampah plastik berserakan di pinggir jalan, di bawah pohon, dan di area rumput. Dengan membawa kantong plastik, setiap kali menemukan botol minuman, bungkus makanan, atau kantong kresek, saya pungut dan masukkan ke dalam kantong tersebut. Aktivitas ini ternyata memerlukan energi tambahan, karena selain berlari, saya juga harus berhenti, membungkuk, dan bergerak mencari sampah. Tetapi, setiap plastik yang terkumpul membawa rasa puas dan bangga karena dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Sesi plogging ini berlangsung satu jam sepanjang kurang lebih 1,5 km perjalanan, dan saya berhasil mengumpulkan sekitar satu kilogram sampah plastik, botol, dan lainnya. Setelah selesai, saya buang semua sampah itu ke tempat sampah terdekat dengan harapan dapat dikelola dengan lebih baik oleh petugas kebersihan.

Satu minggu berikutnya, pada 9 November 2025, saya kembali melakukan plogging. Kali ini di jalan raya Nglegi, Patuk, Gunungkidul. Saya memulai plogging ini pada pukul 16.00 hingga pukul 17.00. Area ini berbeda dengan jalan sebelumnya, karena sampah plastik lebih tersembunyi di balik semak-semak, di selokan, atau di tepian jalan. Meski jarak tempuhnya tidak sejauh plogging pertama, hanya sekitar 1 kilometer, tetapi hasilnya cukup banyak, yaitu sekitar 0,85 kilogram sampah plastik. Sampah yang saya kumpulkan sebagian besar berupa bungkus makanan, bungkus rokok dan botol plastik. Setelah kegiatan selesai, saya membawa pulang sampah tersebut, karena tidak ada tempat pembuangan sampah terdekat. Setelah tiba di rumah, sampah itu saya letakkan di pembuangan akhir.

Melalui dua pengalaman plogging tersebut, saya merasakan adanya keterlibatan pribadi yang nyata dalam menjaga lingkungan. Saya tidak hanya berolahraga, tetapi juga ikut memberantas sampah plastik yang mengganggu estetika lingkungan. Kegiatan ini bisa menjadi sarana edukasi bagi masyarakat lain, teman dan keluarga, untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan dan membiasakan diri memungut sampah meskipun bukan milik sendiri.

Kesadaran akan dampak kecil dari gerakan plogging mulai tumbuh dalam diri saya. Langkah sederhana seperti memungut sampah plastik ketika berolahraga telah memberi saya kepuasan moral dan motivasi untuk melakukannya lagi. Saya percaya jika kegiatan seperti ini dilakukan secara kolektif, lingkungan akan semakin bersih dan sehat. Plogging bukan sekadar tren, melainkan aksi nyata yang bermanfaat dan patut dijadikan kebiasaan bagi siapa saja yang peduli terhadap masa depan bumi.


0 komentar:

Posting Komentar