Esai 2 Plogging
Kegiatan
plogging adalah gabungan antara jogging dan memungut sampah. Kegiatan plogging
bukan hanya bermanfaat bagi fisik/tubuh kita, tetapi juga bermanfaat untuk
lingkungan sekitar. Saya telah melakukan kegiatan ini dua kali. Motivasi awal
saya melakukan plogging ini guna memenuhi tugas saya pada mata kuliah psikologi
lingkungan. Untuk memenuhi tugas tersebut, awalnya saya memang merasa malu untuk
melakukannya. Namun, ketika saya melakukannya saya merasa senang dan asik,
sehingga ingin melakukannya lagi meski sudah tidak ada tugas yang perlu dipenuhi.
Bagi saya pengalaman ini memberikan
makna tersendiri tentang peran sederhana kita dalam perubahan lingkungan.
Pertama
kali saya melakukan plogging adalah di jalan raya Ngalang, Gedangsari,
Gunungkidul saat sore hari pukul 15.40-16.40, akhir pekan, 2 November 2025.
Udara segar dan suasana jalanan yang tidak terlalu ramai membuat motivasi
tersendiri untuk berolahraga di sore hari. Namun, di tengah kedaamaian itu,
saya melihat masih banyak sampah plastik berserakan di pinggir jalan, di bawah
pohon, dan di area rumput. Dengan membawa kantong plastik, setiap kali
menemukan botol minuman, bungkus makanan, atau kantong kresek, saya pungut dan
masukkan ke dalam kantong tersebut. Aktivitas ini ternyata memerlukan energi
tambahan, karena selain berlari, saya juga harus berhenti, membungkuk, dan
bergerak mencari sampah. Tetapi, setiap plastik yang terkumpul membawa rasa
puas dan bangga karena dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Sesi
plogging ini berlangsung satu jam sepanjang kurang lebih 1,5 km perjalanan, dan
saya berhasil mengumpulkan sekitar satu kilogram sampah plastik, botol, dan
lainnya. Setelah selesai, saya buang semua sampah itu ke tempat sampah terdekat
dengan harapan dapat dikelola dengan lebih baik oleh petugas kebersihan.
Satu
minggu berikutnya, pada 9 November 2025, saya kembali melakukan plogging. Kali ini
di jalan raya Nglegi, Patuk, Gunungkidul. Saya memulai plogging ini pada pukul
16.00 hingga pukul 17.00. Area ini berbeda dengan jalan sebelumnya, karena
sampah plastik lebih tersembunyi di balik semak-semak, di selokan, atau di
tepian jalan. Meski jarak tempuhnya tidak sejauh plogging pertama, hanya
sekitar 1 kilometer, tetapi hasilnya cukup banyak, yaitu sekitar 0,85 kilogram
sampah plastik. Sampah yang saya kumpulkan sebagian besar berupa bungkus
makanan, bungkus rokok dan botol plastik. Setelah kegiatan selesai, saya membawa
pulang sampah tersebut, karena tidak ada tempat pembuangan sampah terdekat.
Setelah tiba di rumah, sampah itu saya letakkan di pembuangan akhir.
Melalui
dua pengalaman plogging tersebut, saya merasakan adanya keterlibatan pribadi
yang nyata dalam menjaga lingkungan. Saya tidak hanya berolahraga, tetapi juga
ikut memberantas sampah plastik yang mengganggu estetika lingkungan. Kegiatan
ini bisa menjadi sarana edukasi bagi masyarakat lain, teman dan keluarga, untuk
lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan dan membiasakan diri memungut
sampah meskipun bukan milik sendiri.
Kesadaran
akan dampak kecil dari gerakan plogging mulai tumbuh dalam diri saya. Langkah
sederhana seperti memungut sampah plastik ketika berolahraga telah memberi saya
kepuasan moral dan motivasi untuk melakukannya lagi. Saya percaya jika kegiatan
seperti ini dilakukan secara kolektif, lingkungan akan semakin bersih dan
sehat. Plogging bukan sekadar tren, melainkan aksi nyata yang bermanfaat dan
patut dijadikan kebiasaan bagi siapa saja yang peduli terhadap masa depan bumi.









0 komentar:
Posting Komentar