UTS Psikologi Lingkungan: Persepsi Membentuk Keputusan dan Perilaku
Esai UTS Psikologi
Lingkungan
Dosen Pengampu Dr. Arundati Shinta, M. A
Andarini Sulistiawati
NIM. 24310410201
Kelas A
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Ilustrasi
foto di atas merupakan gambaran pada tempat tinggal di suatu daerah di Amerika
Selatan. Dari foto tersebut tampak kotor, kumuh, dan tidak nyaman. Namun, satu
hal yang mengherankan masih ada warga yang bersedia tinggal di tempat seperti
itu.
Keputusan
seseorang untuk tetap tinggal di lingkungan yang kotor, kumuh, dan tidak nyaman
dapat dipahami melalui teori persepsi dan sikap dalam psikologi lingkungan.
Menurut Bell et al. (2001), persepsi lingkungan adalah proses kognitif dan
afektif di mana individu secara aktif mengolah informasi dari lingkungan fisik
sekitar. Persepsi ini meliputi komponen kognitif (apa yang dapat dilakukan di
lingkungan tersebut), afektif (perasaan terhadap lingkungan), interpretasi, dan
evaluasi nilai lingkungan berdasarkan pengalaman masa lalu dan kondisi saat
ini.
Hipotesis
dari saya, pada awal mereka datang melihat lingkungan itu mungkin saja mereka merasa
tidak nyaman tinggal di tempat tersebut. Namun, karena kondisi ekonomi yang
tidak memungkinkan mereka untuk mencari tempat baru lagi mengharuskan mereka
untuk tetap tinggal. Kemudian mereka berfikir apa yang bisa dilakukan terhadap
tempat itu, agar bisa sesuai dengan mereka. Tempat itu bisa saja mengingatkan
mereka kepada pengalaman – pengalaman masa lampau yang menyenangkan, sehingga
mereka memutuskan untuk tetap tinggal.
Kembali
kepada persepsi, persepsi lingkungan adalah cara seseorang mengamati,
menafsirkan, dan memberi makna terhadap lingkungan fisik sekitar mereka.
Persepsi ini bukan hanya didasarkan pada kondisi nyata lingkungan, tetapi juga
dipengaruhi oleh pengalaman hidup, kebutuhan personal, dan konteks sosial
budaya. Contohnya, pada kasus gambar di atas, mereka terlihat sudah tinggal lama
di lingkungan kumuh mungkin karena sudah terbiasa dengan kondisi tersebut
sehingga secara subjektif menilai lingkungan itu sebagai normal atau cukup baik.
Persepsi ini juga dipengaruhi oleh keterbatasan alternatif, ketergantungan pada
sosialisasi di lingkungan itu, serta ikatan emosional dengan keluarga dan
tetangga. Hipotesis dari saya, pada awalnya mungkin saja mereka merasa tidak
nyaman tinggal di tempat tersebut. Namun, karena kondisi ekonomi yang tidak
memungkinkan mereka untuk mencari tempat baru lagi mengharuskan mereka untuk
tetap tinggal.
Persepsi
yang muncul mendorong mereka untuk bertindak menyikapi keadaan lingkunngan tersebut.
Sikap dapat bersifat adaptif, di mana mereka mengembangkan mekanisme coping
atau penyesuaian untuk mengatasi ketidaknyamanan lingkungan fisik, seperti
menurunkan ekspektasi kenyamanan atau mengalihkan fokus ke aspek-aspek positif
lain, merubah tempat yang mereka tinggali menjadi sesuai dengan standar nyaman
mereka, dan mulai membangun hubungan baik dengan lingkungan sekitar, misalnya
kedekatan dengan keluarga atau komunitas. Setelah melakukan berbagai upaya
untuk mengatasi rasa tidak nyaman, pada akhirnya mereka akan mengambil sikap
atau keputusan. Sikap ini juga dibentuk oleh sumber daya sosial, ekonomi, dan
budaya yang membatasi pilihan mereka.
Bell
et al. menjelaskan bahwa manusia tidak memproses informasi lingkungan secara
pasif, melainkan secara selektif berdasarkan apa yang penting bagi kebutuhan
fisik dan psikologis mereka. Dengan kata lain, meskipun lingkungan fisiknya
buruk, aspek-aspek lain seperti rasa aman, kesejahteraan sosial, atau lokasi
yang strategis dapat menetralkan kesan negatif lingkungan dan membentuk
persepsi yang cukup positif. Persepsi ini mendukung keputusan seseorang untuk
tinggal dan bertahan di lingkungan tersebut.
Setelah
melakukan berbagai upaya untuk mengatasi rasa tidak nyaman, pada akhirnya
mereka akan mengambil sikap atau keputusan. Sikap ini juga dibentuk oleh sumber
daya sosial, ekonomi, dan budaya yang membatasi pilihan mereka.
Kesimpulannya,
alasan orang tetap tinggal di lingkungan kumuh dan tidak nyaman dapat
dijelaskan melalui mekanisme persepsi dan sikap dalam psikologi lingkungan.
Persepsi yang didasarkan pada kebutuhan dan pengalaman subyektif membuat
seseorang menilai lingkungan lebih positif daripada kenyataan obyektifnya.
Sikap adaptif dan realistis menjadi strategi psikologis untuk mengatasi
ketidaknyamanan. Dimensi sosial dan emosional turut memperkuat keterikatan
terhadap lingkungan tersebut. Dengan demikian, pemahaman psikologi lingkungan
memberikan wacana penting dalam melihat keputusan individu sebagai hasil
interaksi kompleks antara kondisi lingkungan, persepsi, sikap, dan konteks
sosial budaya.
Daftar pustaka:
Bell,
A.P., Greene, T.C., Fisher, J.D. & Baum, A. (2001). Environmental
psychology. 5th ed. Harcourt College Publishers.







0 komentar:
Posting Komentar