Analisis
Psikologis terhadap Perilaku Masyarakat Yogyakarta dalam Membuang Sampah
Sembarangan: Studi Kasus Perspektif Psikologi Lingkungan
Nunung Setyowati (
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
|
|
|
|
|
Topik: Sampah dan Perilaku Sumber: |
|
|
Hardito, A. W., Pitoyo, A. J., & Rahardjo, B.
(2024). Behavioral determinants of waste management in urban Yogyakarta: A
case of environmental awareness and social norms. Journal of
Environmental and Social Psychology, 9(1), 112–128. https://jurnal.uns.ac.id/jas/article/view/39809 Permasalahan & Latar Belakang |
|
|
Di Yogyakarta, volume sampah terus meningkat seiring
pertumbuhan penduduk, aktivitas wisata, dan urbanisasi. Sistem pengelolaan
sampah di kota ini belum cukup optimal; kesadaran publik masih rendah dan
fasilitas pengelolaan belum merata.) Permasalahan khususnya muncul dalam
bentuk perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan — misalnya sampah
ke selokan, tepi jalan, atau area publik — daripada menggunakan tempat sampah
atau layanan pengumpulan. Dari sudut psikologi lingkungan, perilaku tersebut
bisa dipandang sebagai kegagalan internalisasi norma kebersihan, rendahnya
kontrol perilaku, dan lemahnya tekanan norma sosial (normatif) lokal. Dalam
literatur perilaku pengelolaan sampah di Indonesia, variabel seperti perceived
behavioral control, attitude, dan subjective norms terbukti
signifikan dalam memprediksi partisipasi zero-waste (Amir, Miru, &
Sabara, 2025). Di konteks Yogyakarta, budaya “bersih kota” belum membumi di
seluruh segmen masyarakat, dan layanan pengangkutan sampah tidak selalu
menjangkau area pinggiran. Tujuan Penelitian |
|
|
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengeksplorasi
perilaku, kebiasaan, dan sudut pandang psikologi masyarakat Yogyakarta yang
mendorong pembuangan sampah sembarangan; (2) mengidentifikasi faktor-faktor
psikologis (misalnya sikap, kontrol persepsi, norma sosial) yang berkaitan
dengan perilaku tersebut; dan (3) menyajikan rekomendasi intervensi berbasis
psikologi lingkungan untuk mengubah perilaku membuang sampah sembarangan. Metode (Studi Kasus) |
|
|
Metode yang digunakan adalah studi kasus di
satu kelurahan atau wilayah kota di Yogyakarta (misalnya kawasan padat
aktivitas wisata). Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan warga
lokal, observasi langsung titik-titik pembuangan sampah, dan dokumentasi
foto. Analisis diarahkan pada pola perilaku individu serta konteks sosial dan
lingkungan mikro (tatkala masyarakat berinteraksi dalam lingkungan sekitar).
Penekanan studi kasus memungkinkan pemahaman holistik dan mendalam terhadap
faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan membuang sampah
sembarangan. Hasil |
|
|
Dari studi kasus, ditemukan beberapa poin hasil sebagai berikut: 1. Banyak warga melaporkan bahwa mereka merasa “kurang ada pilihan” ketika tempat sampah jauh atau tidak rutin diangkut — ini menunjukkan rendahnya kontrol persepsi. 2. Beberapa responden menganggap bahwa membuang sampah sembarangan “biasa saja” jika tidak ada petugas atau orang yang melihat — norma sosial bersih belum kuat. 3. Sikap terhadap kebersihan terkadang bersifat situasional (misalnya “kalau ada tempat sampah akan digunakan”) — sikap positif belum konsisten. 4. Adanya justifikasi situasional: “kalau semua orang membuang di situ, saya juga ikut” — efek norma deskriptif lokal. 5. Beberapa warga tidak paham pemilahan sampah atau jenis pembuangan yang tepat — menunjukkan kelemahan pengetahuan lingkungan. 6.
Perasaan bahwa intervensi atau sanksi dari pemerintah/lembaga terlalu lemah,
sehingga tidak ada konsekuensi psikologis kuat. Diskusi & Opini |
|
|
Berdasarkan hasil kasus tersebut, dapat diambil
beberapa opini/implikasi. Pertama, intervensi perubahan perilaku harus
memperkuat perceived behavioral control warga — contohnya melalui
penyediaan tempat sampah di titik strategis, pengangkutan rutin, dan
kemudahan akses. Kedua, memperkuat norma sosial lokal sangat penting:
kampanye kebersihan harus melibatkan figur teladan masyarakat (tokoh lokal),
serta penegakan sosial terhadap pembuangan sembarangan. Ketiga, edukasi dan
pembelajaran lingkungan (pengetahuan tentang pemilahan, dampak sampah) perlu
ditingkatkan agar sikap positif menjadi perilaku konsisten. Keempat,
intervensi psikologi seperti “nudge” (misalnya tanda visual di jalan, tulisan
pengingat) bisa efektif untuk memicu kesadaran di saat tindakan pembuangan.
Dengan gabungan pendekatan structural (fasilitas, layanan) dan psikologis
(norma, kontrol persepsi, edukasi), diharapkan perilaku membuang sampah
sembarangan akan menurun secara nyata di masyarakat Yogyakarta. |






0 komentar:
Posting Komentar