Berawal
dari Tugas Perkuliahan, Berakhir dengan Kesadaran Lingkungan
Oleh : Iqbal Fahri Alfarisyi
| 24310410012 | SPSJ
Dosen Pengampu : Dr. Arundati
Shinta, M.A.
Plogging merupakan tren olahraga yang berasal dari Swedia pada tahun 2016, yang mana gabungan dari dua kata “plocka upp” yang artinya memungut dan “jogga” yang berarti berlari[1]. Kegiatan tersebut perlu diterapkan pada diri kita, karena dapat memberikan dua manfaat sekaligus, kesehatan tubuh dan meningkatkan kebersihan pada lingkungan sekitar.
Rabu,
29 Oktober 2025, saya langsung melakukan dua kali plogging yang
berlokasi di area persawahan. Pada jarak 100 meter dari kost saya melakukan plogging
di lahan persawahan dari jam 05.28-05.53. Durasi waktunya sangat singkat
karena kebanyakan sampah yang bertumpuk bukan sampah yang berceceran, namun
sampah-sampah yang sudah diikat di plastik seperti sampah dapur yang sengaja
dibuang dipinggir-pinggir sawah. Sampah-sampah tersebut dimasukkan dalam
trashbag yang berukuran 50x80cm, berat sampah yang dikumpulkan pada lokasi
pertama kurang lebih mencapai dua kilogram beratnya, kemudian saya letakkan di
depan pembuangan kos yang biasanya diangkut oleh petugas kebersihan.
Lokasi
kedua berada sekitar 240m dari area persawahan, terletak di antara kebun dan
lahan tebu yang terlihat baru selesai dipanen. Kasusnya serupa, banyak sampah
dapur yang dibuang sembarangan di antara kedua lahan tersebut dan sampah yang
terkumpulkan kurang lebih beratnya mencapai empat kilogram. Tindakan yang saya
lakukan pun sama, mengumpulkannya kemudian meletakkan di tempat yang biasanya
akan diangkut oleh petugas kebersihan. Total jarak jogging yang ditempuh mencapai 3,03km.
Saya
sedikit heran ketika sedang membersihkan dan mengangkut sampah. Banyak orang
yang berlalu lalang ,tapi anehnya tidak ada seorang pun yang prihatin karena
melihat banyak sampah dapur yang berserakan di sepanjang. Mereka tampak cuek
dan tidak peduli dengan kondisi lingkungan sekitarnya atau mungkin saja, merekalah
yang memang menjadi bagian dari orang-orang yang membuang sampah-sampah itu
dengan sembarangan.
Mengapa
Kita Menjadi Terbiasa Melihat Sampah di Sepanjang Jalan?
Mungkin
saja pada awalnya banyak orang yang merasa tidak nyaman, namun pada akhirnya
terbiasa bahkan menjadi bagian dari orang yang membuang sampah sembarangan.
Dalam psikologi fenomena tersebut, disebut dengan habituation (pembiasaan).
Teori tersebut dikembangkan oleh Ivan Petrovitch Pavlov, Robert L. Fantz,
Richard F. Thompson, W. Allan Spencer, dan para ahli lainnya.
Habituation (pembiasaan) adalah proses penting yang terjadi pada setiap orang. Proses ini membantu seseorang untuk menyesuaikan dengan lingkungannya, dengan cara tidak terlalu memperhatikan hal-hal yang sama dan berulang karena dianggap tidak penting. Proses tersebut terjadi karena otak terus membangun dan memperbarui ingatan tentang apa yang sering dilihat dan dirasakan, sehingga sesuatu yang muncul berulang kali dianggap sebagai hal yang biasa (Winkler et al., 2009).
Referensi
Winkler, I., Denham, S. L., & Nelken, I. (2009). Modeling
the auditory scene: predictive regularity representations and perceptual objects. Trends in Cognitive Sciences,
13(12), 532–540. https://doi.org/10.1016/j.tics.2009.09.003






0 komentar:
Posting Komentar