Minggu, 09 November 2025

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, dan Pendidikan terhadap Perilaku Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta

 Esai-1 Meringkas Jurnal

Muhammad Saifulah Hidayah

25310410010

Psikologi Lingkungan

Dr., Dra. Arundati Shinta M.A




TopikPengaruh Pengetahuan, Sikap, dan Pendidikan terhadap Perilaku Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta
Sumber Penelitian yang dilakukan oleh Novita Sari dan Surahma Asti Mulasari (2017) dalam Jurnal Medika Respati berjudul “Pengetahuan, Sikap dan Pendidikan dengan Perilaku Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bener Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang, sikapm erupakan suatu penilaian emosional atau afektif, disamping untuk komponen kognitif (pengetahuan terhadap suatu objek) sedangkan pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk meningkatkan pengetahuan. Pengelololaan sampah merupakan salah satu konsep yang dapat membantu dalam permasalahan akibat sampah, yang membutuhkan peran aktif dari masyarakat dalam mengupayakan untuk sampah tersebutdikelola. https://drive.google.com/file/d/11cQ5MexGp3EHIaX7vDIPBi_xcQzWGGuW/view?usp=drivesdk
PermasalahanTimbunan sampah yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, tidak hanya segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas akibat dari perubahan pola hidup masyaraka
TujuanTujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan
pendidikan dengan perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta
Isi
Data dari Kantor Kementrian lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan bahwa, jumlah sampah yang dihasilkan setiap daerah Indonesia, produksi sampah rata-rata mencapai 300 ton setiap harinya. Kota Yogyakarta, dengan jumlah penduduk
sekitar 600 ribu jiwa dari 14 kecamatan, daerah ini memproduksi sampah setiap harinya tak kurang dari 400 ton Untuk mengatasi masalah tersebut, maka sampah haruslah dikelola dengan baik disertai upaya pemanfaatannya sehingga
diharapkan mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk itu partisipasi masyarakat dalam program 3R merupakan aspek yang sangat menunjang untuk keberhasilan program tersebut. Sasaran MDG dengan pengelolaan sampah berbasis 3R diharapkan dapat meningkatkan cakupan pelayanan dari 40% tahun 2000 menjadi 70% pada tahun 2015, didukung oleh kesiapan manajemen dan dukungan peraturan ditingkat pusat maupun di daerah7.
Metode Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional dan melibatkan 81 responden yang dipilih secara acak. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang menilai tingkat pengetahuan, sikap, pendidikan, serta perilaku masyarakat dalam mengelola sampah. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan (p=1,000), sikap (p=0,872), maupun pendidikan (p=0,355) dengan perilaku pengelolaan sampah. Dengan demikian, tingkat pengetahuan dan pendidikan yang baik belum tentu menghasilkan perilaku pengelolaan sampah yang baik pula.
Hasil
Temuan ini menunjukkan bahwa perubahan perilaku tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor kognitif atau pendidikan formal, tetapi juga oleh faktor sosial, budaya, dan kebiasaan masyarakat. Banyak warga yang memiliki pengetahuan baik tentang pentingnya pengelolaan sampah, namun enggan melakukannya karena rasa malas, kurangnya fasilitas, atau anggapan bahwa pengelolaan sampah adalah tanggung jawab petugas kebersihan. Oleh karena itu, upaya peningkatan perilaku pengelolaan sampah perlu disertai dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, pengawasan, serta contoh nyata dari tokoh lingkungan setempat.
Masyarakat Kelurahan Bener, misalnya, memiliki program Bank Sampah yang mampu mendorong partisipasi warga dalam memilah dan mengolah sampah. Inisiatif semacam ini perlu diperluas agar kesadaran dan kebiasaan positif dapat terbentuk secara berkelanjutan. Pendidikan lingkungan yang kontekstual dan kegiatan sosial berbasis komunitas terbukti lebih efektif dalam membangun perilaku pedulisampah dibanding sekadar penyuluhan formal. Kesimpulannya, perilaku pengelolaan sampah yang baik tidak hanya bergantung pada pengetahuan dan pendidikan, tetapi juga pada kemauan, partisipasi aktif, dan kebiasaan masyarakat. Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan menjadi kunci utama menuju pengelolaan sampah yang berkelanjutan di perkotaan seperti Yogyakarta. Kata kunci: Sampah, Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Perilaku Masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar