Jumat, 07 November 2025

ESAI 2 PLOGGING PSIKOLOGI LINGKUNGAN

PLOGGING

GAYA HIDUP SEHAT DAN PEDULI LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI

Nama : Muaini

Nim : 25310420012

Psikologi Lingkungan A

Dosen Pengampu : Dr.Dra. Arundati Shinta M.A

PRODI PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45


Plogging yang saya lakukan adalah berada di jalan persawahan yang ada di daerah rejodani dimana jalan tersebut biasanya digunakan untuk masyarakat sekitar sebagai salah satu rute untuk joging. tetapi masyarakat hanya melakukan joging saja tanpa mempedulikan lingkungan  atau sampah yang ada disana seperti yang akan saya bahas pada tugas saya kali ini. mungkin masih banyak orang orang awam dengan apa itu plogging yang mungkin belakangan ini bagi sebagain masyarakat pecinta lingkungan istilah ini sudah menjadi kajian sehari hari. 

Masalah kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat semakin sering dibahas. Salah satu gerakan yang muncul untuk menjawab dua hal tersebut adalah plogging. Kata plogging berasal dari bahasa Swedia, gabungan dari plocka upp yang berarti memungut dan jogging atau lari santai. Jadi, plogging adalah kegiatan olahraga sambil memungut sampah di sekitar tempat berlari. Selain membuat tubuh sehat, kegiatan ini juga menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan dan sesama. Dari sisi psikologi lingkungan, plogging termasuk dalam perilaku pro-lingkungan, yaitu tindakan sukarela untuk menjaga dan memperbaiki keadaan lingkungan (Stern, 2000). Menurut Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991), seseorang akan melakukan suatu perilaku jika ia punya sikap positif terhadap perilaku tersebut, merasa didukung oleh lingkungan sosial, dan yakin bisa melakukannya. Jadi, orang yang paham manfaat plogging dan mendapat dukungan dari teman atau komunitas akan lebih termotivasi untuk terus melakukannya.

Selain itu, plogging juga berhubungan dengan identitas ekologis yaitu seberapa jauh seseorang merasa dirinya bagian dari alam. Saat seseorang ikut membersihkan lingkungan, ia tidak hanya bergerak secara fisik tetapi juga mengembangkan rasa tanggung jawab dan keterikatan emosional dengan alam. Rasa keterikatan inilah yang membuat seseorang ingin terus menjaga kebersihan lingkungannya. Dari pandangan pembelajaran sosial, manusia belajar melalui contoh yang mereka lihat. Ketika tokoh publik atau teman sebaya melakukan plogging, mereka bisa menjadi contoh yang mendorong orang lain untuk ikut. Dengan begitu, plogging bisa menjadi kebiasaan positif yang menyebar di masyarakat dan membentuk norma sosial baru bahwa menjaga lingkungan itu mudah dan menyenangkan.

Kegiatan plogging membawa banyak manfaat, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Secara fisik, tubuh menjadi lebih sehat karena aktivitas ini menggabungkan olahraga lari dan gerakan mengambil sampah. Secara psikologis, plogging menimbulkan rasa puas dan bangga karena seseorang merasa sudah berkontribusi untuk hal yang baik. Selain itu, ketika dilakukan bersama-sama, kegiatan ini bisa mempererat hubungan sosial dan menumbuhkan semangat gotong royong. Penelitian Sugiarto dan Gabriella (2020) menyebutkan bahwa kesadaran lingkungan memiliki hubungan positif dengan perilaku ramah lingkungan. Artinya, kegiatan sederhana seperti plogging bisa menjadi langkah awal untuk menumbuhkan kesadaran bersama agar hidup lebih bersih dan peduli terhadap alam.

Plogging bukan hanya tren olahraga baru, tapi juga bentuk nyata kepedulian terhadap lingkungan. Dari sudut pandang psikologi, kegiatan ini mencerminkan perilaku sosial dan pro-lingkungan yang dipengaruhi oleh sikap, nilai, dan dukungan sosial. Melalui plogging, masyarakat diajak untuk menjaga lingkungan dengan cara yang sederhana, menyenangkan, dan menyehatkan. Jika kegiatan ini terus dikembangkan lewat sekolah, komunitas, atau kampanye sosial, bukan tidak mungkin plogging menjadi gerakan luas yang membawa perubahan nyata bagi bumi dan manusia.


pada kegiatan diatas saya hanya mendapatkan beberapa sampah bekas makanan dan minuman yang mungkin dari sampah yang berterbangan ataupun yang dibuang secara sengata sama orang orang yang lewat. memang ditempat tersebut tidak begitu banyak sasmpah karena memang bukan jalan umum. hanya jalan yg biasa untuk pejalan kaki maupun masyarakat yang pergi kesawah. jadi tidak banyak sampah sampah yang dihasilkan. saya berjalan sekitar 2 km sepanjang jalan tersebut. 


DAFTAR PUSTAKA

Clayton, S. (2003). Environmental identity: A conceptual and an operational definition. In S. Clayton & S. Opotow (Eds.), Identity and the natural environment (pp. 45–65). MIT Press.

Stern, P. C. (2000). Toward a coherent theory of environmentally significant behavior. Journal of Social Issues, 56(3), 407–424.

Sugiarto, A., & Gabriella, C. (2020). Kesadaran lingkungan dan hubungannya dengan perilaku ramah lingkungan. Jurnal Psikologi Terapan, 8(1), 45–52.

 

0 komentar:

Posting Komentar