Senin, 24 November 2025

Psikologi Lingkungan Esai 7 Kunjungan ke TPST Randu Alas

 

Belajar Praktik Pengelolaan Sampah: Pengalaman Kunjungan TPST Randu Alas

Oleh : Iqbal Fahri Alfarisyi | 24310410012 | SPSJ

Dosen Pembimbing : Dr. Shinta Arundita




Yogyakarta sedang krisis sampah, pada tahun 2023, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan ditutup karena kapasitasnya telah mencapai batas maksimum. Penutupan ini menyebabkan terhentinya alur pembuangan sampah dari berbagai wilayah, sehingga memicu masyarakat membuang sampah secara sembarangan di lingkungan sekitar, pinggir jalan, hingga pinggir pantai dan kawasan sungai.  



Pada Sabtu, 18 Oktober 2025, mahasiswa psikologi kelas reguler dan kelas karyawan Universitas Proklamasi 45 melakukan kunjungan ke TPST Randu Alas. Hasil dari kunjungan tersebut mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang berharga seputar pengelolaan sampah.

Keresahan beberapa masyarakat meningkat hingga pada akhirnya memunculkan solusi dengan membangun TPST Randu Alas. Ada beberapa protokol yang harus dipatuhi oleh warga agar sampahnya diterima di antaranya, sampah botol beling, botol plastik, sisa makanan, kardus-kardus, dan kertas-kertas harus dipisah. Konsep yang diterapkan tersebut sangat terstruktur dengan memilah sampah organik dan anorganik. Sampah-sampah botol akan dikumpulkan sesuai dengan merek, kemudian akan dikembalikan ke perusahaan produksi air tersebut. Sampah sisa-sisa makanan yang  diterima di TPST memiliki aturan, yaitu tidak mudah membusuk atau masih belum diserang Belatung, kemudian akan dijual ke para peternak ikan, ayam, dan bebek.

TPST Randu Alas sebelum mengalami over load masih memiliki sistem yang sangat memadai. Sebelumnya, memiliki kolam lele, magot, pembuatan pupuk organis, bahkan pembuatan ecoenzym.  Sangat disayangkannya banyak warga yang tidak mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan, bahkan ditegur pun tidak ada kesadaran. Akhirnya para pekerja TPST Randu Alas memutuskan untuk tetap menerimanya namun beberapa konsep dihilangkan atau dialihkan.

Kesimpulannya, bahwa jika belum bisa bertanggung jawab dengan sampah kita sendiri maka jangan mengonsumsi makanan atau barang yang menimbulkan penumpukan sampah. Hal ini, agar membangun kesadaran diri, yang mana jika tidak dapat mengelola sampah dari hasil barang atau makanan yang dikonsumsi maka jangan membelinya, sampai bisa mengelolanya. 



0 komentar:

Posting Komentar