Selasa, 11 November 2025

UTS Psikologi Lingkungan oleh Rafael Jadug

 

Esai UTS
Psikologi Lingkungan
Rafael Jadug Bayu Luhur
24310410055
Kelas Reguler (A)
Dr., Dra. Arundati Shinta M. A.


Fenomena pada foto tersebut nampak sulit untuk dibayangkan bagaimana hidup di lingkungan yang kumuh tersebut. Namun, kehadiran foto tersebut membuktikan bahwa ada individu yang mampu bertahan hidup dengan lingkungan yang kumuh tersebut. Menurut Paul A. Bell (Sarwono, dkk. dalam Paimah, 2024) dalam skema persepsi miliknya, individu akan berhadapan dengan kondisi atau situasi yang baru dan berbeda (lingkungan perumahan) dengan karakteristik tertentu, seperti kekumuhan, kondisi bangunan yang tidak terawat, dan fasilitas yang minim. Persepsi individu terhadap lingkungan tersebut didasarkan pada pengalaman, pengetahuan, kebutuhan, dan makna yang dikaitkan. Umumnya individu yang tinggal di lingkungan tersebut tidak memiliki opsi lainnya yang lebih bersih atau tertata rapi. Orang-orang yang tinggal di daerah tersebut akan melakukan serangkaian upaya untuk bertahan hidup, mulai dari mencari informasi untuk mempermudah hidupnya, merubah persepsi, dan mengatasi stress yang dialami dari lingkungan baru atau berbeda tersebut. 


Masyarakat yang tinggal pada area kumuh tersebut nampak terlihat biasa saja dan tidak terganggu. Namun, mereka mencapai kondisi terbiasa tersebut atau homeostasis karena telah mengatasi stres yang dialaminya melalui perilaku coping. Coping yang biasanya dilakukan oleh individu adalah adaptasi dan adjustment. Adaptasi merupakan upaya yang dilakukan oleh individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Mudahnya, individu mencoba menerima dan terbiasa dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Individu mencoba mempersepsi ulang keadaanya, seperti memikirkan biaya sewa yang murah, biaya hidup yang relatif rendah, serta kondisi tetangga sekitar yang serupa (senasib) membuat individu tersebut tidak merasa sendirian. Cara pandang yang terkesan positif inilah yang akhirnya coba diterima individu yang tinggal pada lingkungan kumuh tersebut menjadi nyaman, mencapai titik homeostasis. Homeostasis adalah kondisi tubuh untuk mempertahankan keseimbangan internal yang stabil meskipun terdapat perubahan eksternal atau internal.


Selain dari adaptasi, terdapat juga coping berupa adjustment. Adjustment merupakan upaya individu untuk merubah lingkungannya agar sesuai dengan keinginan individu tersebut. Contohnya, mungkin beberapa warga yang tinggal di tempat tersebut melakukan perbaikan pada dinding atau atap, mengecat ulang, atau membersihkan area sekitarnya. Upaya-upaya merubah lingkungan sekitarnya ini dilakukan individu untuk mengurangi stres yang dialaminya. Keberhasilan coping menumbuhkan kemampuan individu menghadapi situasi tidak nyaman. Jika gagal, timbul rasa tidak berdaya (learned helplessness). Namun, tetap ada motivasi untuk bertahan jika tidak ada alternatif, misalnya keterpaksaan dana atau kebutuhan tempat tinggal.


Pada skema Paull A. Bell, dijelaskan apabila persepsi individu terhadap keadaanya berada di dalam batas optimal, maka akan terjadi homeostasis. Sebaliknya, apabila berada di luar batas optimal individu tersebut maka akan terjadi stres yang mendorong individu tersebut untuk melakukan coping. Apabila coping tersebut berhasil, seharusnya individu mampu mempersepsikan kondisinya dalam batas optimal sehingga mampu mencapai homeostasis. Sebaliknya, apabila coping gagal maka individu akan mengalami stress berkelanjutan. 


Kesimpulannya adalah individu yang mampu bertahan dan nyaman tinggal pada lingkungan kumuh tersebut berhasil mengatasi stres mereka melalui coping. Coping yang dilakukan bisa berupa adaptasi, adjustment, ataupun keduanya. Ketika coping yang dilakukan oleh individu tersebut sukses/berhasil, timbulah persepsi ulang mengenai lingkungan sekitarnya. Individu merasa kondisinya berada dalam batas optimal sehingga munculah kondisi homeostasis (keadaan stabil paripurna) meskipun tinggal di lingkungan yang kumuh. Individu yang gagal melakukan coping akan mengalami stres berkelanjutan dan rentan mengalami ketidakberdayaan (learned helplessness). Agar tidak mengalami kondisi ini, warga yang tinggal di area tersebut harus melakukan coping berupa adaptasi dan adjustment terus-menerus sampai tercipta kondisi nyaman dan stabil.


Daftar Pustaka


Patimah, A.S., Shinta, A. & Amin Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29. https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807



0 komentar:

Posting Komentar