ESAI X – UJIAN TENGAH SEMESTER
Nama :
Andhika Cahya Nugraha
NIM :
24310410059
Kelas :
SJ & SP
Mata
Kuliah : Psikologi
Lingkungan
Dosen
Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Manusia adalah makhluk unik yang tidak dapat disamakan
antara satu dengan lainnya. Misalnya dalam hal memandang sesuatu, Setiap
manusia tentunya memiliki perspektif dan pemikiran yang berbeda terhadap
sesuatu tersebut, meskipun sesuatu yang dipandangnya tersebut merupakan hal
yang sama. Contohnya ketika melihat orang lain membakar sampah, ada yang
memandang hal tersebut sebagai aktivitas yang dapat merusak lingkungan,
sementara ada pula yang memandang kegiatan tersebut tidak menjadi masalah untuk
dilakukan, dengan alasan membakar sampah dapat menyingkat waktu untuk menangani
perihal sampah. Perbedaan pandangan tersebut diakibatkan oleh proses mental
yang dinamakan persepsi.
Persepsi merupakan suatu cara individu untuk memahami
stimulus atau rangsangan terhadap sesuatu yang dijumpainya. Persepsi terbentuk
akibat dari beberapa faktor, seperti pengalaman, pengetahuan, emosi, dll. Persepsi
juga terjadi dalam hal lingkungan hidup, di mana setiap individu akan
menafsirkan berbeda-beda stimulus yang didapatkan dari lingkungan yang
ditemuinya. Lebih lanjut, persepsi juga akan mempengaruhi perilaku individu
terhadap lingkungannya. Semisal saja individu yang sangat menyukai kebersihan,
maka ketika ia jalan-jalan di tengah kota dan menemui beberapa sampah yang
berserakan, persepsi yang muncul adalah sampah tersebut harus segera
dibereskan, maka ia akan sesegera mungkin memungut dan menempatkan sampah
tersebut di tempat sampah. Namun, tidak selamanya perilaku yang terbentuk dari
persepsi merupakan aktivitas pro-lingkungan, apalagi jika persepsi tersebut
dipengaruhi oleh hal yang lebih vital, semisal saja ekonomi. Contohnya memiliki
persepsi menebang banyak pohon untuk bahan bangunan, di mana pohon tersebut
memiliki nilai jual tinggi, namun di sisi lain hal tersebut berdampak buruk
bagi lingkungan. Lalu bagaimana individu merespon suatu stimulus lingkungan
melalui proses persepsi hingga dapat membentuk perilaku individu tersebut?
Gambar di atas merupakan foto situasi lingkungan perumahan di Amerika Selatan yang mana terlihat kumuh, akan tetapi terlihat beberapa penguni yang bersedia tinggal di sana. Sebenarnya, pengambilan keputusan individu apakah mau tinggal dan menempati suatu lingkungan ataupun tidak, dipengaruhi juga oleh persepsi. Proses mental yang terjadi di kognitif manusia tersebut membentuk tindakan yang berupa pengambilan keputusan yang pada akhirnya individu tersebut bersedia untuk tinggal di lingkungan yang dimaksud. Beberapa alasan yang mempengaruhi individu untuk tinggal di lingkungan seperti gambar tersebut, di antaranya:
- Faktor ekonomi
Seperti yang telah dijelaskan di atas, faktor ekonomi
juga dapat menentukan bagaimana pembentukan persepsi individu. Individu yang
memiliki keadaan ekonomi yang lemah, mungkin akan terpaksa bersedia untuk
tinggal di lingkungan seperti di gambar. Individu yang terpaksa tinggal
tersebut mungkin awalnya akan merasa stres (karena lingkungan dianggap diluar
batas optimal), namun ketika ia dapat berhasil melakukan coping untuk
menghilangkan stres yang diderita, maka selanjutnya ia akan dapat melakukan
adaptasi/adjustment terhadap lingkungan yang ditinggali.
- Pembiasaan
Individu yang sudah terbiasa tinggal di lingkungan
yang serupa dengan gambar tersebut, maka tentu saja ia tetap bersedia jika tinggal
di lingkungan seperti pada gambar. Hal tersebut terjadi karena persepsi
individu tersebut akan menganggap bahwa lingkungan tersebut masih dalam batas
optimal, sehingga individu tidak akan merasa terganggu secara fisik maupun
psikologis.
Kedua alasan tersebut sesuai dengan skema proses
persepsi yang digambarkan oleh Paul A. Bell, dkk.
Dalam
skema proses persepsi tersebut menjelaskan bagaimana individu merespon terhadap
stimulus lingkungan (objek fisik) hingga membentuk perilaku (efek lanjutan).
Awalnya individu menerima stimulus lingkungan, kemudian individu akan
mepersepsikan stimulus tersebut berdasarkan pengalaman, pengetahuan, emosi, dll.
dan akan menimbulkan dua keadaan.
- Ketika stimulus tersebut dipandang masih dalam batas optimal, maka individu akan tetap berada dalam keadaan homeostatis (keadaan di mana internal tubuh tetap stabil dan seimbang, meskipun terjadi perubahan pada lingkungan eksternal).
- Ketika stimulus dinilai diluar batas optimal, maka akan menimbulkan stres, yang mana individu akan melakukan coping, dan apabila berhasil, individu akan adaptasi/adjustment terhadap lingkungan dan menciptakan keseimbangan dengan lingkungan. Namun apabila coping gagal, stres akan berlanjut, dan berefek lanjutan yang negatif, seperti gangguan psikologis, dll.
Daftar Pustaka:
Bell,
A.P., Greene, T.C., Fisher, J.D. & Baum, A. (2001). Environmental
psychology. 5th ed. Harcourt College Publishers.
Patimah,
A.S., Shinta, A. & Amin Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan.
Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29. https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807
Wang,
K. S., Yang, Y.-Y., & Delgado, M. R. (2021). How perception of control
shapes decision making. Current Opinion in Behavioral Sciences, 41, 85–91.
https://doi.org/10.1016/J.COBEHA.2021.04.003






0 komentar:
Posting Komentar