Nama : Jaesal Ammiri
NIM. : 23310420075
Kelas: B
Tugas: Esai Mata Kuliah Psikologi lingkungan
Tugas UTS, Dosen pembimbing DR. A. SHINTA, M. A
Pendahuluan
Dalam kehidupan manusia, tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar yang sangat memengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan psikologis seseorang. Namun, tidak semua orang memiliki akses kepada perumahan yang ideal dan layak. Foto perumahan kumuh di Amerika Selatan yang menjadi fokus mata kuliah Psikologi Lingkungan ini menunjukkan kondisi fisik yang sangat memprihatinkan, sehingga menimbulkan persepsi negatif dari para mahasiswa, yang menyatakan bahwa mereka tidak bersedia tinggal di sana kecuali terpaksa dan berencana melakukan perbaikan. Namun, kenyataannya ada penghuni yang tetap tinggal di perumahan tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawaban atas pertanyaan ini dapat dianalisis dengan menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan-kawan (2001), yang menekankan bagaimana persepsi menjadi dasar terbentuknya keputusan dan perilaku manusia.
Perbedaan Persepsi
Dalam konteks perumahan kumuh, persepsi penghuni seringkali berbeda dibandingkan dengan pandangan luar, seperti mahasiswa atau pengamat. Predikat kumuh atau tidak layak huni tidak sepenuhnya mencerminkan pengalaman penghuni yang telah beradaptasi dengan lingkungan mereka.
Keterikatan Emosional
Penghuni perumahan kumuh biasanya memiliki pengalaman jangka panjang dan keterikatan emosional terhadap lingkungan mereka, meskipun kondisinya minim. Keterikatan ini membawa rasa memiliki yang kuat, menjadikan mereka lebih menghargai hubungan sosial dan kontinuitas pengalaman di lingkungan tersebut.
Kebutuhan dan Keterbatasan Pilihan
Persepsi terhadap kebutuhan dasar dan keterbatasan pilihan menjadi kunci dalam menjelaskan mengapa penghuni memilih tinggal di perumahan kumuh meskipun secara fisik lingkungan tersebut tidak layak huni. Sebagian besar penghuni berasal dari kelas ekonomi rendah yang menghadapi keterbatasan finansial yang signifikan. Hal ini menyebabkan opsi untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih layak menjadi sangat terbatas atau bahkan tidak memungkinkan. Mereka harus menyesuaikan diri dan menilai lingkungan tempat tinggalnya dari perspektif kebutuhan fungsional sehari-hari, seperti akses yang mudah ke tempat kerja, fasilitas pendidikan, kesehatan, dan layanan publik lainnya, yang mungkin dirasakan lebih penting dibandingkan aspek estetika atau kebersihan lingkungan.
Penilaian Subjektif
Menurut Patimah et al. (2024) dan Sarwono (1995), penilaian penghuni terhadap lingkungan merupakan hal yang subjektif. Di tengah citra negatif, mereka mampu melihat aspek positif seperti komunitas yang tenang dan keamanan relatif, menyusun evaluasi berdasarkan kenyataan sosial dan ekonomi.
Persepsi Kontrol dan Adaptasi
Menurut Patimah et al. (2024) dan Sarwono (1995), penilaian seseorang terhadap suatu lingkungan sangat subjektif. Meskipun lingkungan secara umum dianggap kumuh, penghuni dapat melihat sisi positif, seperti komunitas yang solid, keamanan relatif, dan ketersediaan fasilitas dasar. Persepsi ini adalah refleksi dari evaluasi mereka yang menyesuaikan standar harapan berdasarkan kenyataan sosial dan ekonomi yang dihadapi. Jadi, aspek lingkungan yang dinilai buruk secara fisik mungkin dianggap "cukup baik" atau bahkan "lebih baik dari pilihan lain" oleh penghuni.
Kesimpulan
Persepsi adalah kunci utama untuk memahami mengapa ada orang yang bersedia tinggal di perumahan kumuh yang tampak tidak layak bagi orang luar. Berdasarkan skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan-kawan, keputusan tinggal ini didasarkan pada pengalaman pribadi, makna subjektif, keterbatasan pilihan, keterikatan emosional, dan persepsi kontrol terhadap lingkungan. Persepsi yang terbentuk dari gabungan faktor-faktor ini menjadi dasar bagi mereka mengambil keputusan dan akhirnya bertindak mempertahankan tempat tinggal tersebut. Lingkungan fisik yang kumuh tidak serta merta menentukan sikap dan perilaku penghuni jika persepsi dan adaptasi mereka berbeda dibandingkan dengan pengamat luar. Pemahaman ini penting untuk psikologi lingkungan dalam merancang intervensi yang berorientasi pada kebutuhan dan persepsi penghuni agar tercapai perbaikan kualitas hidup yang lebih baik.






0 komentar:
Posting Komentar