Selasa, 11 November 2025

UTS Psikologi Lingkungan Kelas A_Wiki Ayu Rahmawati

UTS Psikologi Lingkungan Kelas A

Nama : Wiki Ayu Rahmawati  

Nim : 25310420011

Psikologi Lingkungan A

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.

11 November 2025


Menurut UU No. 4 ptal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, dimana permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada  pada  lahan  yang  tidak  sesuai  dengan  peruntukkan atau  tata  ruang,  kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangatterbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit   lingkungan,   kualitas   umum bangunan rendah,tidak terlayani sarana prasarana lingkungan yang memadai,membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Pemukiman kumuh kebanyakan mengacu pada aspek lingkungan hunian atau komunitas.

Proses pemahaman terhadap lingkungan dalam ruang tertentu bisa didasarkan pada persepsi pengguna pada properti yang ada didalam tempat tersebut. Dilihat dari tempat dan perabotan yang ada bisa disimpulakan sebagai stimulus yang akan dikirimkan dari penglihataan kemudian akaan di transfer ke otak untuk di observasi dan memberikan maakna terhadap pengalaman yang dilakukan setiap individu. Menurut persepsi Paul A Bell (1978) dijelaskan bahwa persepsi adalah proses menerima informasi dari lingkungan, suatu proses untuk mendapatkan informasi dari dan tentang lingkungan seseorang yang berfokus pada penerimaan pengalaman empiris, biasanya didahului dengan adanya stimulus, proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti oleh individu yang bersangkutan ini disebut persepsi.

Fenomena yang terjadi pada pemukiman perumahaan yang terdapat di Amerika Selatan, di perlihaatkan objek fisik mempunyai sifat nyata dengan bangunan yang bertingkat digunakan untuk berteduh, dijadikan tempat tinggal, perumahaan yang terlihaat kumuh tidak terawat dan juga bangunan sudah terlihat tidak layak untuk di huni. Hasil interaksi individu dengan pemukiman didapatkan persepsi individu tentang objek tersebut. Jika persepsi itu berada dalam batas-batas optimal maka individu dikatakan dalam keadaan homeostatis, mendapatkan keadaan yang seimbang. Keadaan tersebut biasanya dipertahankan bagi setiap individu karena menimbulkan perasaan-perasaan yang paling menyenangkan. Sebaliknya, jika objek dipersepsikan sebagai di luar batas-batas optimal (terlalu besar, terlalu kuat, kurang keras, kurang dingin, terlalu aneh dan sebagainya) maka individu itu akan mengalami stress dalam dirinya

Diperlihatkaan pada pemukiman tersebut kenyamanan dalam bermukim yang didorong dengan faktor Lokasi dan kekerabatan, dorongan iitu menjadikan setiap individu mengesampingkan kondisi lingkungan tempat tinggalnya yang kurang bersih dan layak huni. Mereka terlihat nyaman bermukim di tempat tersebut dikarenakan kondisi itu sudah biasa mereka rasakan dan hadapi. Setiap individu mendapatkan kepuasan tersendiri terhadap kondisi dan juga tersedianya fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan pada pemukiman yang mereka tinggali. Adapun faktor penentu yang lainya seperti perekonomian yang rendah menjadikan mereka tetap tinggal di tempat tersebut, walaupun kondisi bangunan, lingkungan dan faktor yang lain masih kurang baik.

adaptasi yang dilakukan setiap individu dengan mengubah perilaku, keyakinan dan praktik dengan menyesuaikan tuntutan lingkungan atau norma budaya baru. dimana adanya kemampuan dalam bertahan hidup serta berkembang dalam lingkungan yang berubah. adaptasi budaya merupakan proses jangka panjang yang kemungkinannya orang tersebit merasa nyaman dalam lingkungan itu dengan adanya pebelajaran dan interaksi antar penghuni. budaya yang adaptif memungkinkan setiap individu untuk cepat beradaptasi, bertahan hidup, serta berkembang dalam lingkungan manapun. budaya bukan merupakan warisan yang biologis, melainkan dapat dipelajari dan sifatnya dinamis. budaya dicakupkan dengan nilai yang ada di lingkungan tersebut, praktik yang berbeda yang menjadikan peran penting dalam menjembatani perbedaan di lingkungan itu

Kesimpulan

Pemukiman kumuh juga kurang terlayani oleh fasilitas yang memadai dan berisiko bagi penghuninya. Memahami lingkungan dapat dilakukan melalui persepsi pengguna terhadap properti di dalam tempat tersebut. Amerika Selatan, pemukiman kumuh terdiri dari bangunan bertingkat yang tidak terawat dan tampak tidak layak huni. Persepsi individu tentang lingkungan dapat membuat mereka merasa nyaman atau stres, tergantung pada bagaimana mereka memandang objek di sekitarnya. Faktor lokasi, hubungan sosial, dan kondisi fasilitas dapat memengaruhi kenyamanan mereka meskipun lingkungan tidak bersih. Selain itu, adaptasi individu terhadap lingkungan baru juga penting. Adaptasi merupakan proses belajar dan interaksi yang memungkinkan orang beradaptasi, bertahan hidup, dan berkembang dalam lingkungan yang berubah. 


Daftar Pustaka 

GUNAWAN, I. (2006). PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGELOLAAN.

Muhammad Irfan Dwifan H., M. A. (2024). KONSEP ARSITEKTUR PERILAKU SEBAGAI STRATEGI DESAIN PADA NITIPRAYAN ART CENTER DI KAMPUNG SENI NITIPRAYAN . ILMIAH MAHASISWA ARSITEK, 732-741.

Novrialdi, R. (2024). Implementasi Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)di Kelurahan Tembilahan Hilir Kabupaten Indragiri Hilir. Of Research and Development on Public Policy, 180-188.

Yudono, Y. W. (n.d.). PERCEPTION OF TEENS ON SOCIABILITY ATTRIBUTES SETTING THE PLAZA PURWOKERTO (Persepsi Remaja Terhadap Atribut Sosialibilitas Pada Setting Alun-alun Purwokerto) .

  

0 komentar:

Posting Komentar