Selasa, 18 November 2025

Esai 7 Belajar di TPS 3R Randu Alas Psikologi Lingkungan Jessica Maria Kelas A


Esai 7 Psikologi Lingkungan belajar di TPS 3R Randu Alas

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta M.A.

Jessica Maria 243210420063

Yogyakarta November 2025






Sampah menjadi salah satu masalah besar dan mengganggu hampir di setiap wilayah, termasuk di Candi Karang, Sardonoharjo. Masalah sampah dan pengolahannya terjadi karena ulah kita sendiri. Banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran kalau sampah pribadi adalah tanggung jawabnya. Kurangnya kesadaran tersebut memicu masalah, seperti tumpukan sampah yang menimbulkan bau. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran masyarakat terkait sampah dan fasilitas yang memadai untuk mengolah sampah. 

Adanya TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) membantu meningkatkan kesadaran masyarakat serta mengolah sampah. Pada 18 Oktober 2025 saya dan mahasiswa kelas psikologi lingkungan berkesempatan mengunjungi TPS 3R Randu alas untuk belajar tentang pengolahan sampah. TPS ini terletak di Candi Karang, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Kami dibimbing oleh pak Tujuno yang menjelaskan tentang proses terbentuknya TPS ini dan apa saja kegiatan pengolahan sampah yang ada. TPS Randu Alas dimulai pada tahun 2015, sebelum menjadi TPS seperti sekarang, dulunya tempat ini adalah bank sampah. Peralihan menjadi TPS disebabkan karena tidak semua sampah dapat dikelola oleh bank sampah. Jadi, mereka mengajukan membuat TPS, dengan salah satu syarat meminta tanda tangan ke 100 kepala keluarga di lingkungan sekitar TPS ini. Tanah yang digunakan untuk menjadi TPS berasal dari tanah kas. 

Pengolahan sampah di TPS Randu Alas, dimulai dari pengambilan sampah dengan kendaraan motor roda tiga yang memiliki bak di belakang. Pengambilan sampah dilakukan setiap dua kali seminggu, sebelum muncul set. Kemudian, sampah dipisahkan antara organik dan anorganik. Sampah anorganik di pilah, dibersihkan, dan dicacah menggunakan mesin. Ada juga sampah yang dibakar, tetapi Pak Tujuno mengatakan, mereka terpaksa membakarnya karena belum menemukan teknologi lain. Asap dari pembakaran itu juga belum dapat diatasi. Lalu, ada rencana untuk memanfaatkan abu sisa pembakaran menjadi bahan baku batako. Abunya dikumpulkan di bagian belakang TPS. Selain itu, sampah organik dikelola menjadi biogas pupuk atau pupuk cair. Mereka juga membuat MOL (Mikroorganisme Lokal) untuk proses fermentasi sampah organik menjadi kompos. Terdapat juga pembuatan eco lindi dari sisa kulit buah, yang berfungsi untuk mengurangi bau sampah. Cuaca menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengolahan sampah, walaupun tidak selalu. Cuaca hujan akan mempercepat timbulnya bau kalau sampah lupa ditutup. Sebaliknya, musim kemarau memperlambat timbulnya bau. 


MOL yang dibuat di TPS 3R Randu Alas



Berjalannya pengelolaan sampah di TPS Randu Alas, bukan tanpa kendala dan tantangan. Pak Tujuno menjelaskan tantangan terbesar dalam pengolahan sampah adalah mengedukasi warga. Selain itu, pengolahan butuh biaya operasional jadi pelanggan di TPS ini harus membayar. Bayaran berupa iuran dari pelanggan, digunakan untuk biaya operasional dan menggaji pengurus TPS. Pelanggannya berasal dari rumah tangga, rumah tangga usaha, dan usaha. TPS ini juga kekurangan pengurus, sulit mencari tenaga kerja. Jadi saat ini hanya ada tujuh pengurus, bahkan salah satu dari mereka berasal dari Wonosari. Tantangan lain yang dihadapi pengurus yaitu keselamatan kerja, karena menggunakan mesin yang cukup berbahaya maka ada resiko untuk terluka. Salah satu pengurus terluka karena mesin tersebut, untungnya sudah diobati dan biaya pengobatan ditanggung BPJS. Pengurus TPS lain juga sudah memiliki BPJS, jadi biaya pengobatan akan ditanggung BPJS. 

Pembelajaran ini menyadarkan saya kalau sampah dapat diolah menjadi hal lain yang bermanfaat dan tanggung jawab terkait sampah harus dimulai dari sampah pribadi.


0 komentar:

Posting Komentar