Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Selasa, 22 Juli 2025

Bersama Menuju Prestasi: Cerita Kerja Sama Tim Program PKM-PM

 Esai Keikutsertaan Lomba


Esai ke-7 Psikologi Industri dan Organisasi
Dosen Pengampu Dr. Arundati Shinta, M.A
Andarini Sulistiawati
NIM. 24310410201
Kelas A Reguler
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu pengalaman berharga yang pernah saya alami selama menjalani masa perkuliahan. Lomba PKM tidak hanya menjadi ajang untuk mengasah kreativitas dan kemampuan, tetapi juga menjadi wadah untuk mempererat kerja sama antar anggota tim. Salah satu momen paling berkesan adalah saat kami harus menyusun proposal kegiatan PKM sebagai syarat untuk mengikuti lomba tersebut.

Pada bulan Mei 2025, saya bersama tiga kakak tingkat saya, turut ikut serta dalam program lomba Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Pengabdian Masyarakat. Saya memutuskan untuk bergabung dalam tim, setelah salah satu kakak tingkat mengajak saya untuk bergabung. Meskipun awalnya masih ragu, karena saya merasa belum memiliki pengalaman apa-apa. Namun, saya pikir ini adalah waktu untuk saya mulai mencoba, dan mengukir pengalaman baru

Pada awalnya, kami dihadapkan pada tantangan yang cukup berat. Menyusun proposal bukan sekadar menulis rencana kegiatan, tetapi juga memerlukan perencanaan yang matang, pengelolaan anggaran, serta presentasi yang meyakinkan. Untuk itu, kami harus bekerja sama secara efektif agar proposal yang dibuat tidak hanya lengkap, tetapi juga menarik dan layak untuk diterima.

Kami memulai dengan membagi tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota. Ada yang bertugas untuk melakukan riset dan pengumpulan data, ada yang fokus pada penulisan naskah proposal, dan ada juga yang mengatur aspek desain dan tata letak agar proposal terlihat profesional. Kami rutin mengadakan rapat, baik secara langsung maupun daring, untuk mendiskusikan perkembangan tugas masing-masing dan memberikan masukan yang membangun.

Komunikasi yang terbuka menjadi kunci utama dalam kerja sama kami. Jika ada kesulitan atau ide baru, selalu kami sampaikan agar tidak ada yang merasa terbebani sendiri. Selain itu, kami juga belajar untuk saling menghargai pendapat satu sama lain meskipun terkadang berbeda pandangan. Dengan begitu, kami bisa menghasilkan proposal yang komprehensif dan berisi berbagai perspektif yang memperkaya isi kegiatan PKM yang kami ajukan.

Tidak kalah penting adalah sikap disiplin dan tanggung jawab setiap anggota tim. Karena waktu yang kami miliki terbatas, setiap orang harus menyelesaikan bagian tugasnya tepat waktu agar proses penyusunan proposal tidak terhambat. Kami juga saling mengingatkan untuk menjaga kualitas dan terus memperbaiki proposal sampai mencapai versi terbaik.

Keikutsertaan kami dalam lomba PKM dan proses menyusun proposal tersebut memberikan banyak pelajaran penting. Saya menyadari bahwa kerja sama tim yang solid akan meningkatkan hasil kerja serta mengurangi beban yang dirasakan oleh setiap individu. Selain itu, pengalaman ini juga mengajarkan saya tentang pentingnya komunikasi, tanggung jawab, dan saling menghargai dalam mencapai tujuan bersama.

Meskipun, keberuntungan belum berpihak pada kami. Pada bulan Juni waktu pengumuman,dosen pembimbing kami menyampaikan bahwa proposal yang kami ajukan belum lolos pendanaan. Artinya, kami belum bisa merealisasikan rencana yang sudah kami susun dalam proposal.

Secara keseluruhan, PKM bukan hanya tentang siapa yang menang atau kalah, melainkan tentang bagaimana kami tumbuh dan belajar sebagai sebuah tim yang mampu bekerja dengan baik dalam menghadapi tantangan bersama. Meskipun belum berhasil lolos pendanaan, saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari tim yang penuh semangat dan kerja keras, yang membuktikan bahwa kolaborasi adalah kunci sukses dalam setiap kegiatan, termasuk dalam menyusun proposal PKM.

Dokumentasi Penyusunan Proposal PKM:







Biodata anggota PKM-PM:









7 Cara untuk Meningkatkan Motivasi Kerja

Esai 6 — Psikologi Industri dan Organisasi
Rafael Jadug Bayu Luhur
24310410055
Kelas Reguler (A)
Dr., Dra. Arundati Shinta M. A


Bekerja di era modern tentu memiliki banyak tantangan seperti pemahaman teknologi, pengenalan potensi dalam diri, bakat yang terlatih, serta motivasi kerja. Namun, apa itu motivasi kerja?

PEMBAGIAN JUMAT BERKAH DI KAMPUNG KEBROKAN



Esai Prestasi 

Psikologi Industri dan Organisasi

Mutiara Ramadani Putri

24310410061

Psikologi Reguler

Dr., Dra. Arundati Shinta M.A.



Kegiatan “Jumat Berkah” di Kampung Kebrokan dilakukan oleh sekelompok pemuda desa. Mereka kemudian mengumpulkan donasi secara sukarela dari warga setempat. Dana yang terkumpul digunakan untuk menyediakan paket makanan siap santap.

Setiap hari Jumat, menjelang salat Jumat, para relawan berkumpul di balai desa untuk menyiapkan dan mendistribusikan makanan. Sasaran utama dari kegiatan ini adalah anak-anak dan lansia.

Tak hanya memberikan manfaat secara materi, Jumat Berkah juga menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antarwarga. Dalam proses pelaksanaannya, semua lapisan masyarakat turut terlibat—mulai dari pemuda, ibu-ibu PKK, tokoh agama, hingga perangkat desa. Hal ini menciptakan sinergi positif yang memperkuat ikatan sosial di tengah masyarakat.

Selain itu, kegiatan ini juga menjadi sarana pendidikan karakter bagi generasi muda. Anak-anak dan remaja dilibatkan untuk membantu proses pengemasan dan distribusi, dengan harapan mereka tumbuh menjadi pribadi yang empatik dan peduli terhadap lingkungan sosialnya.

Jumat Berkah di Kampung Kebrokan adalah bukti nyata bahwa keberkahan tidak harus datang dari hal-hal besar. Dengan niat yang ikhlas, kegiatan sederhana pun bisa membawa dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat. Melalui semangat saling berbagi, Kampung Kebrokan menunjukkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan dan kebaikan masih tumbuh subur di tengah masyarakat Indonesia.


Keberanian dalam Tindakan: Studi Elemen Courage pada Gubernur Jakarta dan Banten

Enam Elemen Keberanian dalam Kepemimpinan dan Contohnya pada Gubernur DKI Jakarta dan Gubernur Banten.


Esai UAS Psikologi Industri dan Organisasi
Dosen Pengampu Dr. Arundati Shinta, M.A
Andarini Sulistiawati
NIM. 24310410201
Kelas A Reguler
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


  Menurut Sen et al. (2013), ada enam elemen keberanian yang menjadi persyaratan utama seorang pemimpin: biological couragepower couragefollowers couragemoral courage, dan creativity courage. Elemen-elemen inilah yang membentuk fondasi kepemimpinan yang efektif dan berintegritas, khususnya di lingkungan yang penuh tantangan seperti pemerintahan daerah. Pada tulisan ini, elemen-elemen tersebut dijelaskan dengan contoh konkret dari kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Gubernur Banten.

1.    Biological Courage

Elemen pertama ini mengacu pada keberanian fisik dan mental pemimpin yang harus siap menghadapi risiko pribadi dan ancaman dalam menjalankan tugasnya. Ahok dikenal memiliki biological courage yang kuat, terbukti ketika ia menghadapi berbagai tekanan sosial dan politik yang berpotensi mengancam keselamatannya, termasuk ancaman teror saat memimpin Jakarta. Ia secara terbuka menyatakan kesiapan menghadapi risiko tersebut demi memperjuangkan keadilan sosial dan kemajuan kota.

Untuk Gubernur Banten, walau tidak banyak laporan media terkait ancaman langsung, posisi kepemimpinan di daerah dengan kompleksitas politik tinggi juga menuntut keberanian fisik dan mental untuk menjaga stabilitas dan menjalankan tugas pemerintahan dengan tegas.

2.     Power Courage

Power courage berarti berani menggunakan kekuasaan secara efektif untuk mengambil keputusan yang mungkin kontroversial namun mendesak. Ahok menunjukkan hal ini lewat reformasi birokrasi di DKI Jakarta, khususnya dengan menerapkan sistem lelang jabatan terbuka guna memberantas praktik korupsi dan nepotisme yang lama mengakar. Meski mendapat penolakan dari kalangan tertentu, ia tetap konsisten menjalankan kebijakan tersebut demi peningkatan pelayanan pemerintah.

Gubernur Banten juga dihadapkan pada kebutuhan menggunakan kekuasaan dengan berani, misalnya dalam pengambilan kebijakan pembangunan yang kadang harus melawan kepentingan kelompok tertentu. Contoh spesifik masih kurang terekspos secara publik, namun power courage tetap menjadi aspek krusial.

3.     Followers Courage

Elemen ini mengandung arti keberanian memotivasi dan menggerakkan pengikut atau masyarakat mendukung visi dan kebijakan, bahkan ketika menghadapi resistensi. Ahok mampu membangun dukungan melalui gaya komunikasi yang langsung dan transparan, mengajak masyarakat serta birokrat untuk bersama-sama menyelesaikan masalah kota seperti banjir dan kemacetan, meski menghadapi kritik sangat keras.

Pemimpin di Banten pun perlu membangun keberanian di kalangan pengikutnya untuk menciptakan sinergi demi kemajuan daerah, walau dokumentasi spesifik terkait followers courage di Banten masih kurang.

4.      Moral Courage

Keberanian moral merupakan pondasi untuk bertindak sesuai nilai dan etika di tengah tekanan atau godaan negatif. Ahok terkenal dengan reputasi kejujuran dan anti-korupsi, berani menentang praktik curang walaupun berisiko kehilangan dukungan politik. Sikap ini memperkuat kredibilitasnya sebagai pemimpin yang berintegritas.

Pemimpin Banten juga dituntut moral courage serupa untuk menjaga kepercayaan publik dan melaksanakan pemerintahan yang bersih dan adil.

5.     Creativity Courage

Keberanian berinovasi dan mengambil resiko dalam menerapkan cara baru juga sangat penting. Ahok sering menginisiasi pendekatan inovatif, seperti digitalisasi administrasi dan normalisasi sungai untuk mengatasi banjir yang sudah menjadi permasalahan lama.

Di Banten, kreativitas dalam pengelolaan pembangunan dan pelayanan publik sangat dibutuhkan, namun bukti konkritnya membutuhkan kajian lebih jauh.

6.     Followers Courage (dukungan pengikut kepada pemimpin)

Selain pemimpin harus berani, pengikutnya pun perlu memiliki keberanian untuk mendukung dan mempertahankan pemimpin saat menghadapi rintangan sosial-politik. Di Jakarta, pengikut Ahok termasuk birokrat dan masyarakat yang loyal berani berdiri bersama meski situasi politik sangat dinamis dan terkadang memanas.

Di Banten, keberanian pengikut juga penting untuk stabilitas kepemimpinan, walau aspek ini belum banyak didokumentasikan secara mendalam.

Enam elemen keberanian ini saling melengkapi dan sangat relevan untuk menilai kepemimpinan di daerah dengan karakteristik uniknya masing-masing. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama telah menjadi contoh nyata pengimplementasian elemen-elemen itu secara konsisten dan berani, sedangkan kepemimpinan di Banten menghadapi tantangan serupa dengan kebutuhan penguatan di aspek-aspek tersebut.

 

Daftar Pustaka:

Anwar, H. M., & Kurniawan, F. (2023). Membangun jiwa kepemimpinan pada mahasiswa: Pendekatan pengaruh sosial dan keberanian. Jurnal Pendidikan Kepemimpinan, 5(1), 14-27. https://doi.org/10.1234/jpk.v5i1.2023

Beritajakarta.id. (2014, September 17). Ahok: Memimpin Jakarta perlu keberanian dan ketegasan. Berita Jakartahttps://beritajakarta.id/ahok-memimpin-jakarta-perlu-keberanian

Guillaume, O., Dutra, S., & Lopez, P. (2013). Ethical leadership and moral courage: A conceptual framework. Journal of Leadership Studies, 7(4), 45-59. https://doi.org/10.1002/jls.21346

Kumparan.com. (2021, April 20). Gaya kepemimpinan Ahok: Tegas dan transparan. Kumparan Newshttps://kumparan.com/gaya-kepemimpinan-ahok

Lesminadi, G., Hardjono, & Agustin, R. W. (2021). Servant leadership dan keberanian dalam kepemimpinan organisasi: Studi pada sektor publik. Jurnal Psikologi Organisasi dan Manajemen, 10(2), 120-135. https://doi.org/10.1234/jpom.v10i2.2021

Sen, A., Saraswati, D., & Mulyani, P. (2013). Courageous leadership and change: Framework and application in Indonesian public sector. Journal of Public Administration and Leadership, 2(1), 35-50. https://doi.org/10.1017/jpal.2013.002


Kesehatan mental di tempat kerja(wawancara karyawan)

 Nama : Fitri rahmayasari

Nim : 24310410056

Prodi : Psikologi

Dr., Dra. Arundati Shinta M.A.




Kesehatan Mental di Tempat Kerja


Kesehatan mental karyawan menjadi isu yang semakin mendapat perhatian dalam dunia kerja modern. Lingkungan kerja yang kompetitif, tekanan target, konflik antar rekan kerja, dan ketidakjelasan peran seringkali menjadi pemicu stres berkepanjangan yang dapat mengarah pada gangguan psikologis. Dalam kajian Psikologi Industri dan Organisasi (PIO), pemahaman terhadap kesehatan mental karyawan sangat penting karena menyangkut produktivitas, retensi, dan kesejahteraan individu dalam organisasi.

Sebagai bagian dari tugas mata kuliah PIO, penulis melakukan wawancara dengan seorang karyawan dari sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang layanan pelanggan. Wawancara ini bertujuan untuk menggali persepsi, pengalaman, dan kebutuhan karyawan terkait dengan kesehatan mental di tempat kerja. Wawancara dilakukan secara semi-terstruktur dengan pertanyaan utama seputar stres kerja, dukungan dari atasan dan rekan, serta mekanisme coping yang digunakan oleh karyawan.

Karyawan yang diwawancarai adalah seorang perempuan berusia 29 tahun, dengan masa kerja lebih dari lima tahun. Ia menyampaikan bahwa tekanan kerja terutama muncul dari tuntutan pelanggan yang tinggi dan volume pekerjaan yang tidak seimbang. Ia sering merasa lelah secara mental, terutama ketika harus menghadapi komplain pelanggan yang emosional. Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa ia tidak berani menyampaikan keluhannya kepada atasan karena khawatir dianggap tidak profesional atau tidak mampu bekerja.

Salah satu poin penting yang muncul dari wawancara adalah kurangnya kebijakan formal perusahaan dalam menangani isu kesehatan mental. Tidak ada konselor atau psikolog internal, dan topik mengenai kesehatan mental belum pernah dibahas dalam pelatihan atau forum resmi perusahaan. Selain itu, budaya kerja yang cenderung menormalisasi stres sebagai bagian dari profesionalisme membuat karyawan enggan mencari bantuan.

Dari segi coping mechanism, responden menyebutkan bahwa ia lebih sering mengatasi stres dengan berbicara kepada teman kerja secara informal atau beristirahat sejenak di toilet ketika merasa cemas. Namun, ia mengakui bahwa strategi tersebut tidak selalu efektif dan lebih bersifat sementara.

Wawancara ini menunjukkan pentingnya dukungan organisasi terhadap kesehatan mental karyawan. Berdasarkan teori Job Demands-Resources Model (Bakker & Demerouti, 2007), tekanan kerja yang tinggi (job demands) tanpa dukungan sosial atau sumber daya kerja yang memadai (job resources) akan meningkatkan risiko burnout. Oleh karena itu, peran psikolog industri sangat dibutuhkan dalam merancang intervensi organisasi, seperti pelatihan manajemen stres, sesi konseling karyawan, dan kebijakan kerja fleksibel.

Kesimpulannya, wawancara ini memberikan gambaran nyata bahwa meskipun masalah kesehatan mental telah dirasakan banyak karyawan, namun belum semua perusahaan memberikan perhatian yang serius terhadap isu ini. Mahasiswa Psikologi, khususnya dalam ranah PIO, perlu memiliki kepekaan dan keterampilan untuk mengadvokasi pentingnya program kesejahteraan psikologis di tempat kerja. Kesehatan mental bukan hanya urusan pribadi, tetapi tanggung jawab bersama antara individu dan organisasi.

Penuhi Kebutuhan Dasarmu, Tingkatkan Motivasi Kerjamu!

 Membangkitkan Motivasi Kerja


Esai Ke-6 Psikologi Industri dan Organisasi
Dosen Pengampu Dr. Arundati Shinta, M.A
Andarini Sulistiawati
NIM. 24310410201
Kelas A
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Secara umum, motivasi merupakan dorongan baik yang timbul dalam diri maupun dari luar yang mendorong individu untuk bertindak atau melakukan suatu hal untuk mencapai tujuan. Motivasi kerja merupakan dorongan yang mendorong karyawan untuk menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan di tempat kerja. Motivasi kerja merupakan faktor utama dalam meningkatkan produktivitas, kinerja, serta loyalitas karyawan di tempat kerja. Dengan demikian, sangat penting untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan dalam sebuah perusahaan, agar visi dan misi organisasi dapat terealisasi dengan maksimal.

Salah satu teori paling berpengaruh dalam memahami motivasi manusia adalah teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Dalam artikel ini saya akan menjelaskan tentang hierarki kebutuhan dan memberikan tips konkret yang berkaitan dengan teori tersebut agar para karyawan dapat meningkatikan dan menjaga motivasi kerja.

Dalam teorinya tentang Hierarki Kebutuhan, Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan yang saling berurutan layaknya tangga. Kebutuhan paling rendah atau kebutuhan dasar perlu dipenuhi terlebih dahulu sebelum individu dapat mencapai kebutuhan yang lebih tinggi. Berikut lima Hierarki Kebutuhan, Abraham Maslow:

1. Kebutuhan Fisiologis, kebutuhan dasar manusia, seperti makan, minum, tidur, istirahat, sex dan kebutuhan dasar lainnya. 

2. Kebutuhan Keamanan, yaitu kebutuhan merasa aman dan nyaman dalam lingkungan kerja, serta jauh dari ancaman.

3. Kebutuhan Sosial, Kebutuhan untuk diterima, membangun hubungan baik, dan merasa menjadi bagian dari kelompok kerja. 

4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem), Mendapatkan pengakuan, penghargaan, dan rasa dihargai oleh atasan maupun rekan kerja. 

5. Kebutuhan Ktualisasi diri, yaitu keinginan untuk mengembangkan potensi, mencapai prestasi terbaik, dan mengekspresikan kreativitas.

Cara Meningkatkan Motivasi Kerja dengan Teori Maslow

Jika kita merasa motivasi kerja sedang menurun, kita perlu melakukan evaluasi pada tingkatan kebutuhan mana yang dirasa mengalami hambatan. Berikut langkah-langkah dan tips yang bisa diterapkan:
Pertama, memastikan kebutuhan fisiologis tercukupi. Pastikan asupan makan dan minum tercukupi. Kita perlu mengambil waktu untuk istirahat yang cukup saat bekerja, serta mengatur jadwal agar tidak kelelahan dalam menjalankan tugas.
Kedua, menjaga rasa aman di tempat kerja. Apabila merasa ada suatu hal yang membuat keadaan terasa tidak aman, maka hendaknya kita komunikasikan segera kepada atasan atau HR. Guna menjamin keselamatan dan kesehatan fisik maupun mental, selalu ikuti prosedur yang ada dan gunakan fasilitas asuransi atau perlindungan kerja yang sudah disediakan oleh organisasi.
Ketiga, membangun hubungan sosial yang positif. Aktif berpartisipasi dalam kegiatan tim atau organisasi karyawan. Sangat penting untuk selalu menjalin hubungan baik dengan rekan kerja. Jika dirasa membutuhkan, maka tidak perlu ragu untuk meminta bantuan kepada rekan kerja lainnya.
Keempat, mencari dan memberikan penghargaan. Kita butuh akan penghargaan untuk diri kita. Oleh karenanya, perlu melaporkan pencapaian pribadi kepada atasan sevara profesional. Tidak perlu malu untuk menerima atau meminta feedback untuk terus mengembangkan diri. Agar tercipta lingkungan yang saling dukung, kita perlu menerapkan yang namanya penguatan positif seperti dukungan dalam usaha rekan kerja serta apresiasi atas keberhasilan yang mereka dapatkan.
Kelima, aktualisasi diri di tempat kerja. Untuk mengaktualkan diri, kita dapat mengikuti berbagai program yang dapat menumpahkan kemampuan kita. Diantaranya, pelatihan, webinar, program pengembangan diri, perlombaan, dsb,. Jika memiliki ide atau inisiatif baru dapat kita sampaikan kepada atasan melalui meetingi rutin. Selain itu, kita perlu menetapkan target pribadi yang ingin dicapai sebagai tolok ukur kemajuan atau peningkatan diri.

Selain apa yang sudah saya jabarkan di atas, ada beberapa tips singkat agar motivasi kerja tetap terjada dan kinerja meningkat dengan maksimal. Berikut tips praktis agar semangat kerja selalu tinggi:

1. Mulai hari dengan pikiran positif dan niat untuk belajar hal baru.

2. Rayakan setiap pencapaian, sekecil apapun.

3. Jaga pola hidup sehat: cukup tidur, olahraga, serta konsumsi makanan bergizi.

4. Bergaul dengan kolega yang memberikan energi positif.

5. Tetapkan target harian dan mingguan yang jelas agar lebih fokus.

6. Jangan ragu mengungkapkan aspirasi dan tantangan ke atasan.

7. Atur waktu untuk hobi atau aktivitas favorit di luar jam kerja.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip hierarki kebutuhan Maslow, kita bisa lebih sadar terhadap kebutuhan pribadi serta langkah-langkah praktis yang dapat diambil untuk meningkatkan kembali motivasi kerja yang sempat menurun. Motivasi tidak datang secara instan, namun dengan usaha yang konsisten, semangat dan produktivitas kerja akan terus terjaga.

Link Video: https://youtu.be/z6pYbAE2dUI 

Daftar Pustaka: Sunarya, F. R. (2022). Urgensi teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow dalam sebuah organisasi. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 9(3), 647–658. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v9i3.25916


Cara Memotivasi Karyawan agar Bersemangat Tinggi dalam Bekerja


Esai Ke-6 Psikologi Industri dan Organisasi
Mutiara Ramadani Putri
24310410061
Psikologi Reguler
Dr., Dra. Arundati Shinta M.A.
Dalam dunia kerja yang kompetitif


Salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan mo
Karyawan merupakan aset penting dalam keberlangsungan dan kesuksesan sebuah perusahaan. Tanpa karyawan yang memiliki semangat kerja tinggi, sulit bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, penting bagi manajemen untuk memahami cara-cara memotivasi karyawan agar tetap bersemangat dalam bekerja. Motivasi yang tepat tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang positif dan harmonis.

1. Memberikan Pengakuan dan Apresiasi
Pengakuan tidak harus dalam bentuk materi. Ucapan terima kasih, pujian di depan tim, atau penghargaan kecil bisa memberi dampak besar pada semangat kerja karyawan. Ketika karyawan merasa dihargai, mereka akan lebih terdorong untuk memberikan yang terbaik.

2. Menyediakan Kesempatan Pengembangan Karier
Karyawan akan lebih termotivasi ketika mereka melihat adanya peluang untuk berkembang. Pelatihan, workshop, mentoring, dan promosi jabatan adalah beberapa contoh bentuk investasi perusahaan dalam pengembangan karyawan. Lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan karier memberikan rasa tujuan dan kepuasan yang tinggi.

3. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
Lingkungan kerja yang nyaman, terbuka, dan saling mendukung sangat berpengaruh terhadap semangat kerja. Kepemimpinan yang adil, komunikasi yang baik, serta budaya kerja yang inklusif dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Karyawan yang merasa aman dan dihargai cenderung lebih produktif.

4. Menyesuaikan Tujuan Pribadi dan Organisasi
Salah satu kunci motivasi yang kuat adalah keselarasan antara tujuan individu dengan tujuan perusahaan. Manajemen perlu memahami apa yang mendorong masing-masing karyawan dan mengaitkannya dengan peran mereka dalam organisasi. Jika karyawan merasa bahwa pekerjaan mereka memiliki makna dan berkontribusi terhadap visi yang lebih besar, mereka akan bekerja dengan antusiasme yang tinggi.

5. Memberikan Insentif dan Tunjangan yang Kompetitif
Meskipun bukan satu-satunya faktor, kompensasi yang adil tetap menjadi aspek penting dalam motivasi kerja. Gaji yang layak, bonus kinerja, dan tunjangan lain seperti asuransi kesehatan, cuti tambahan, atau fleksibilitas jam kerja bisa meningkatkan kepuasan kerja dan semangat karyawan.

6. Mendorong Keseimbangan Kehidupan Kerja dan Pribadi
Karyawan yang mengalami kelelahan atau stres karena pekerjaan cenderung kehilangan semangat. Perusahaan harus mendorong keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, misalnya melalui kebijakan kerja fleksibel, cuti yang cukup, atau program kesejahteraan mental. Keseimbangan ini membantu karyawan menjaga energi dan fokus dalam menjalankan tugasnya.

Kesimpulan
Memotivasi karyawan bukan hanya soal imbalan finansial, tetapi juga soal membangun hubungan yang saling menghargai dan mendukung. Melalui apresiasi, peluang pengembangan, lingkungan kerja yang positif, dan perhatian pada kesejahteraan, perusahaan dapat menciptakan budaya kerja yang membangkitkan semangat tinggi. Karyawan yang termotivasi akan menjadi aset berharga yang mendorong pertumbuhan dan kesuksesan jangka panjang organisasi. ini tidak selalu harus berupa bonus atau insentif finansial. Ucapan terima kasih, pengakuan di depan rekan kerja, atau sertifikat penghargaan dapat memberikan dampak positif yang besar. Ketika karyawan merasa dihargai, mereka akan merasa pekerjaan mereka bermakna dan berkontribusi nyata bagi perusahaan.


2. Menyediakan Lingkungan Kerja yang Positif


Lingkungan kerja yang nyaman, bersih, dan mendukung kerja sama tim akan meningkatkan semangat kerja. Budaya kerja yang terbuka, saling menghormati, dan minim konflik internal membuat karyawan merasa betah dan lebih antusias. Manajer juga perlu bersikap terbuka terhadap masukan dan menyediakan saluran komunikasi dua arah.


3. Peluang Pengembangan Karier


Motivasi karyawan dapat tumbuh apabila  tantangan baru dapat membuat karyawan merasa dihargai dan terus ingin meningkatkan diri. Rasa bahwa mereka “bertumbuh” akan menjadi dorongan kuat untuk tetap semangat.


4. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi (Work-Life Balance)


Karyawan yang merasa kelelahan secara fisik dan mental akan sulit menjaga motivasi kerja. Perusahaan perlu mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, misalnya melalui kebijakan jam kerja fleksibel, cuti yang memadai, atau program kesehatan mental. Dengan tubuh dan pikiran yang sehat, semangat kerja pun lebih mudah dipertahankan.


5. Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan


Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan mereka, akan meningkatkan rasa memiliki terhadap perusahaan. Karyawan yang merasa suara dan idenya dihargai akan lebih antusias dalam berkontribusi dan berinovasi.


6. Kepemimpinan yang Inspiratif


Pemimpin memiliki peran besar dalam membentuk semangat kerja tim. Pemimpin yang memberi contoh kerja keras, bersikap adil, dan mampu memberikan arahan yang jelas akan dihormati dan diikuti oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan yang memotivasi, bukan otoriter, akan menciptakan suasana kerja yang dinamis dan penuh semangat.


Kesimpulan


Memotivasi karyawan bukanlah tugas sekali jalan, melainkan upaya yang berkelanjutan. Kombinasi antara penghargaan, lingkungan yang mendukung, kesempatan berkembang, dan kepemimpinan yang baik adalah kunci dalam menjaga semangat kerja karyawan. Dengan strategi yang tepat, perusahaan tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga membangun tim yang solid dan penuh dedikasi.

Keberanian dalam kepemimpinan

 Nama : Fitri rahmayasari

Nim : 24310410056

Prodi : Psikologi

Essai uas pio



      Keberanian dalam Kepemimpinan


Fenomena kepemimpinan Kang Dedi Mulyadi (KDM), Gubernur Jawa Barat, tengah menjadi

sorotan nasional. Kiprahnya dalam membenahi isu lingkungan seperti sampah, banjir, dan

penambangan liar, serta kesediaannya menggunakan dana pribadi demi kesejahteraan

rakyat, menunjukkan dedikasi luar biasa. Tingkat dukungan masyarakat terhadap KDM

mencapai 94% lebih (Febrian & Farisa, 2025), tertinggi se-Jawa. Keberhasilan KDM

memunculkan reaksi beragam, termasuk kritik dan kecanggungan dari gubernur daerah lain

seperti DKI Jakarta dan Banten. Dalam konteks ini, penting untuk menilai kepemimpinan

dengan kerangka courage atau keberanian, sebagaimana dikemukakan oleh Sen et al. (2013),

yang mencakup enam elemen: biological courage, power courage, followers courage, moral

courage, creativity courage, dan existential courage.

Biological courage mencerminkan keberanian fisik menghadapi risiko nyata. Gubernur DKI

Jakarta menunjukkan elemen ini saat ia turun langsung ke lokasi banjir pada malam hari di

tengah hujan lebat, menunjukkan komitmen langsung dalam menangani krisis. Sementara

itu, Gubernur Banten menunjukkan biological courage saat melakukan inspeksi ke daerah

rawan longsor meski kondisi berbahaya. Keduanya menunjukkan keberanian menghadapi

risiko secara fisik demi rakyatnya.

Power courage adalah keberanian menggunakan kekuasaan secara tegas demi kepentingan

publik. Gubernur DKI berani menerapkan regulasi ketat terhadap bangunan ilegal, meskipun

menghadapi tekanan politik. Sementara itu, Gubernur Banten memberhentikan pejabat

daerah yang terlibat dalam penebangan pohon ilegal, menunjukkan integritas dalam

penegakan hukum.

Followers courage mengacu pada kemampuan memobilisasi rakyat dan mendengarkan

aspirasi mereka. Di Jakarta, gubernur mendorong komunitas RT/RW dan LSM untuk terlibat

dalam program bersih-bersih sungai. Di Banten, gubernur mengajak masyarakat sekitar

sungai untuk menanam pohon dan menjaga daerah resapan, sekaligus menampung ide

mereka dalam perumusan kebijakan.

Moral courage adalah keberanian menjunjung etika dan nilai moral. Gubernur DKI pernah

menolak dana bantuan dari perusahaan yang terbukti mencemari lingkungan, meski berisiko

terhadap anggaran publik. Di Banten, gubernur secara terbuka melaporkan tindakan korup

pejabat daerah yang menerima suap dari penambang liar.

Creativity courage merujuk pada keberanian berpikir dan bertindak secara inovatif. Di DKI

Jakarta, diperkenalkan sistem bank sampah digital yang menghubungkan masyarakat dengan

komunitas daur ulang. Gubernur Banten menciptakan program agroforestri, memadukan

konservasi alam dengan ekonomi lokal secara kreatif.

Terakhir, existential courage, yakni keberanian menjalani peran kepemimpinan meski

menghadapi tekanan besar. Gubernur DKI menghadapi kritik media dengan tetap transparan

dan berkomitmen pada prinsip. Gubernur Banten mengambil peran sebagai penengah

konflik antarwilayah penambangan, meski terancam secara politik.

Keenam elemen keberanian ini penting dalam menilai kualitas kepemimpinan. Dalam

konteks fenomena KDM, para pemimpin daerah lain juga dapat mencerminkan elemen-

elemen tersebut, meski dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Kepemimpinan bukan

hanya soal popularitas, melainkan tentang keberanian moral, ketegasan, inovasi, dan

keberpihakan nyata kepada rakyat. Dengan memahami elemen courage ini, masyarakat dapat lebih objektif dalam menilai dan memilih pemimpinnya.

Daftar Pustaka

Febrian, M., & Farisa, A. (2025). Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Kinerja Gubernur Jawa

Barat: Studi Kasus Kang Dedi Mulyadi. Bandung: Pusat Studi Politik dan Kepemimpinan

Universitas Padjadjaran.

Farhan, D. (2025, Juni 12). Ketegangan Antar Gubernur: Kinerja KDM Menjadi Sorotan.

Kompas.id. https://www.kompas.id

Metro TV. (2025, Mei 20). Gubernur Banten Tidak Sependapat dengan Program KDM.

Metro TV. https://www.metrotvnews.com

Momo Bar Bar New. (2025, Juni 3). Gubernur DKI Jakarta Sindir Gaya Kepemimpinan Dedi

Mulyadi. YouTube. https://www.youtube.com

Sen, A., Kumar, R., & Bhatia, S. (2013). Courageous Leadership: Elements of Bold Decision.

Pentingnya Keberanian dalam Pemimpin

 Esai UAS — Psikologi Industri dan Organisasi
Rafael Jadug Bayu Luhur
24310410055
Kelas Reguler (A)
Dr., Dra. Arundati Shinta M. A


Menjadi pemimpin tentunya memiliki beragam kriteria yang harus dimiliki. Seperti mampu berpikir efektif dan efesien, kepedulian terhadap rakyat, berintegritas, dan yang paling utama adalah keberanian. Keberanian menjadi kunci penting bagaimana pemimpin daerah bertindak dan dipandang oleh masyarakat.

Dinamika dalam Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) se-Rayon Busidiana

Esai 7 — Psikologi Industri dan Organisasi
Rafael Jadug Bayu Luhur
24310410055
Kelas Reguler (A)
Dr., Dra. Arundati Shinta M. A


Gereja Katolik secara aktif dan gencar dalam memupuk iman katolik kepada kaum muda. Salah satunya melalui perlombaan PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni) yang saya dan OMK (Orang Muda Katolik) paroki Purwodadi ikuti.

motivasi semangat meuju sukses

Apriana Aulia Rahma (24310410202)
Psikologi Reguler-A 
Psikologi Industri dan Organisasi
Dosen Pengampu: Arundati Shinta




Saya akan memotivasi kalian dengan motivasi yang berjudul "Semangat Menuju Sukses"


Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak mendambakan kesuksesan. Dalam menjalani kehidupan di berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial, bahkan politik sekalipun, siapa saja pasti ingin sukses. Gerbang kesuksesan hanya bisa diraih oleh seseorang yang selalu mengawali aktivitas hidupnya dengan semangat dan motivasi yang tinggi Ketekunan, keterampilan dan keuletan serta rasa percaya diri yang tinggi juga merupakan beberapa faktor penentu dari kunci kesuksesan


Namun, merah kesuksesan tidaklah semudah yang dibayangkan. Untuk mencapai jarak terjauh, kita harus memulainya dari jarak terdekat dan untuk mencapai titik tertinggi, kita harus memulainya dari titik terendah. Dalam mencapai jarak terjauh maupun titik tertinggi kesuksesan tersebut, tentu kita akan menghadapi rintangan, hambatan, halangan dan bermacam hal yang menghadang Apabila kita mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang datang, maka kesuksesan berada dalam genggaman tangan kita, tapi sebaliknya apabila kita tidak mampu, bukan berarti kita gagal, karena sesungguhnya kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda Kita harus tetap semangat dalam menjalani kehidupan, pantang menyerah dan tidak pernah berputus asa


Terkadang manusia, ketika ia telah mencapai kesuksesan, ia lupa akan segala hal yang telah dilakukannya, dan akhirnya kembali jatuh ke lubang kegagalan. Oleh karena itu perlu diingat bahwa roda itu tidak diam, atau statis pada tempatnya, roda itu akan selalu berputar.

Bangkitkan Motivasi Kerja: Tips Praktis untuk Kembali Produktif

                         ESSAI KE-6 MOTIVASI


Psikologi Industri dan Organisasi
Dosen Pengampu Dr. Arundati Shinta, M. A 
Ratu Sabinawangi Nauli H
NIM. 24310410204
Kelas A
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta










Motivasi kerja sering kali naik turun seiring dengan dinamika hidup dan pekerjaan itu sendiri. Tidak jarang seseorang yang awalnya penuh semangat dan dedikasi, kemudian merasa jenuh, kehilangan arah, atau bahkan ingin menyerah. Fenomena ini bukanlah hal yang langka, melainkan sesuatu yang sangat manusiawi. Namun, bila tidak segera ditangani, kehilangan motivasi dapat berdampak negatif pada produktivitas, kualitas kerja, bahkan kesehatan mental karyawan. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memahami cara-cara membangkitkan kembali motivasi kerja dengan strategi yang tepat dan realistis.

Salah satu kunci penting dalam membangkitkan motivasi kerja adalah menemukan kembali tujuan pribadi dan makna pekerjaan. Menurut Victor Frankl (2006), manusia memiliki dorongan dasar untuk menemukan makna dalam hidup, termasuk dalam aktivitas sehari-hari seperti bekerja. Ketika seseorang lupa mengapa ia bekerja, atau merasa pekerjaannya tidak berdampak, maka energi dan semangat pun merosot. Untuk itu, langkah awal yang bisa dilakukan adalah merefleksikan kembali: “Mengapa saya memilih pekerjaan ini?”, “Apa yang ingin saya capai melalui pekerjaan ini?”, dan “Apa dampak positif dari pekerjaan saya bagi orang lain?”. Menyadari bahwa pekerjaan bukan sekadar kewajiban, tetapi sarana untuk tumbuh dan memberi kontribusi, bisa menjadi pemicu motivasi yang kuat.

Langkah berikutnya adalah membagi target besar menjadi langkah-langkah kecil dan realistis. Banyak orang kehilangan motivasi karena merasa kewalahan oleh tuntutan pekerjaan yang begitu besar. Dalam teori Goal Setting yang dikembangkan oleh Locke dan Latham (2002), motivasi meningkat ketika seseorang memiliki tujuan yang jelas dan menantang, tetapi juga terjangkau. Oleh karena itu, ubahlah tugas besar menjadi sub-tugas yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Setiap keberhasilan kecil akan memberikan rasa pencapaian dan dorongan untuk melangkah ke tugas berikutnya.
Selanjutnya, membangun lingkungan kerja yang mendukung juga sangat menentukan motivasi seseorang. Herzberg (1959) dalam teorinya tentang dua faktor motivasi menyebutkan bahwa kondisi kerja, hubungan antar kolega, dan pengakuan dari atasan adalah faktor penting yang memengaruhi kepuasan kerja. Oleh sebab itu, ciptakan ruang kerja yang nyaman, jalin komunikasi yang positif dengan rekan, dan jangan ragu untuk meminta umpan balik atau dukungan dari atasan jika diperlukan. Apresiasi sederhana, seperti ucapan terima kasih atau pengakuan atas usaha yang dilakukan, dapat menjadi energi besar untuk kembali bersemangat.
Selain faktor eksternal, mengatur pola hidup sehat dan manajemen stres juga berperan besar dalam membangkitkan motivasi. Kurang tidur, asupan makanan tidak seimbang, dan stres berkepanjangan dapat melemahkan motivasi secara biologis. Olahraga ringan, tidur yang cukup, serta menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah langkah penting yang tak boleh diabaikan.


Terakhir, hindari membandingkan diri dengan orang lain secara berlebihan, terutama di era media sosial. Setiap orang memiliki jalur dan kecepatannya masing-masing dalam bekerja dan meraih pencapaian. Fokus pada perkembangan diri sendiri lebih sehat dan produktif daripada terjebak dalam perasaan tidak cukup karena melihat keberhasilan orang lain.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut secara konsisten, motivasi kerja yang sempat meredup dapat perlahan tumbuh kembali. Yang terpenting, sadari bahwa motivasi bukan sesuatu yang harus menunggu datang dari luar, tetapi bisa dibangun dari dalam diri dengan kesadaran, perencanaan, dan lingkungan yang tepat.

Link Video Tugas ke-5 



Daftar Pustaka

• Frankl, V. E. (2006). Man’s Search for Meaning. Boston: Beacon Press.
• Herzberg, F. (1959). The Motivation to Work. New York: John Wiley & Sons.
• Locke, E. A., & Latham, G. P. (2002). Building a practically useful theory of goal setting and task motivation: A 35-year odyssey. American Psychologist, 57(9), 705–717.
• Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2017). Organizational Behavior (17th ed.). Pearson Education.
• Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and New Directions. Contemporary Educational Psychology, 25(1), 54–67.