Review Film "Second Act"
Andarini Sulistiawati (24310410201)
Esai ke-1 Psikologi Industri dan Organisasi
Dosen Pembimbing: Dr. Arundati Shinta, M.A.

Topik
|
Film Second Act menyampaikan beberapa topik utama yang relevan
dengan kehidupan modern, terutama seputar kesempatan kedua, pemberdayaan diri,
dan nilai pengalaman hidup. Kesempatan kedua (second act) merupakan
sebuah ide bahwa seseorang bisa memulai kembali, memperbaiki masa lalu, dan
mengejar impian meski sudah tidak muda atau tidak sesuai "standar
umum". Maya, tokoh utama, adalah simbol bahwa perubahan karier atau
hidup tidak dibatasi usia atau latar belakang.
|
Sumber
|
Second Act | Full Movie
| Jennifer Lopez | Peter Segal | 01:44:00 https://youtu.be/pUHMkwkpIBE?si=p0FR38U6gmi9XgxS
|
Ringkasan
|
Maya Vargas (Jennifer Lopez) adalah seorang wanita pekerja keras yang
telah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun di sebuah supermarket besar.
Meskipun memiliki pengalaman dan kecerdasan yang luar biasa, ia terus
diabaikan karena kurangnya gelar akademik formal.
Suatu hari, berkat bantuan sahabatnya, profil profesional Maya
dipalsukan dan ia berhasil mendapatkan pekerjaan impian di perusahaan
kosmetik kelas atas di Manhattan. Dengan identitas baru dan resume yang
dibuat-buat, Maya berusaha membuktikan bahwa pengalaman dan kecerdasan
jalanan bisa sebanding (bahkan melebihi) pendidikan formal.
Namun, tantangan datang saat masa lalunya mulai terungkap dan ia harus
menghadapi konflik emosional, profesional, serta rahasia besar yang akan
mengubah hidupnya.
|
Permasalahan
|
Diskriminasi terhadap orang tanpa
gelar pendidikan formal: Maya digambarkan sebagai seseorang yang sangat kompeten, namun terus
dipandang sebelah mata karena tidak memiliki gelar universitas. Kebohongan demi mencapai mimpi: Identitas palsu yang digunakan Maya membawa keuntungan, tapi juga menimbulkan
konflik moral dan risiko besar saat rahasia itu terancam terbongkar. Kesenjangan sosial dan stereotip kelas pekerja: Film ini menyoroti bagaimana sistem profesional kerap hanya menilai seseorang
berdasarkan latar belakang pendidikan atau status sosial, bukan kemampuan
sebenarnya. Konflik identitas dan pencarian jati diri: Maya tidak hanya berjuang di dunia kerja, tapi juga menghadapi rahasia
pribadi dari masa lalunya yang berdampak emosional besar. Pertentangan antara ambisi dan kejujuran: Film memperlihatkan dilema antara mengejar kesuksesan lewat cara pintas atau
tetap jujur meskipun jalannya lebih berat.
|
Review
|
- Kelebihan: Jennifer Lopez tampil memikat sebagai Maya dengan karisma kuat, memadukan elemen drama dan komedi secara seimbang.Film ini mengangkat isu penting tentang meritokrasi diskriminasi pendidikan, dan bagaimana pengalaman hidup tidak kalah berharga dibandingkan ijazah.Nuansa feel-good movie yang memberi pesan inspiratif dan penuh motivasi.
- Kekurangan: Alur cerita bisa terasa klise dan
mudah ditebak, dengan formula khas "underdog sukses besar". Selain
itu, beberapa subplot terasa kurang digarap dalam dan sedikit terburu-buru. Realisme
ceritanya agak longgar, misalnya transformasi karier Maya terasa agak
fantastis, sehingga terlihat kurang bisa diterima,
|
Opini Saya
|
Second Act bukan sekadar film komedi romantis ringan, tetapi juga menyampaikan
pesan kuat tentang bagaimana kita memandang diri sendiri dan orang lain. Film
ini mendorong kita untuk memberi ruang bagi perubahan dan pertumbuhan, menilai
orang berdasarkan kemampuan nyata, dan percaya bahwa setiap orang layak
mendapat kesempatan kedua.
Film
ini menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya percaya diri, ketekunan, dan
nilai dari pengalaman hidup. Meskipun dibalut dalam cerita yang ringan dan
kadang klise, Second Act tetap menyentuh dan relevan
terutama bagi mereka yang pernah merasa diremehkan karena latar belakang
pendidikan atau status sosial.
|
0 komentar:
Posting Komentar