Senin, 16 April 2018

Remaja Dan Obesitas


Menurut pandangan Erikson, remaja berada dalam tahap masa krisis identitas. Hal ini mendorong para remaja mencari identitas diri dengan cara menjadi seorang individu yang “sempurna”. Kebanyakan
remaja mengutamakan penampilan fisiknya dalam pergaulan dengan teman sebayanya.  Mereka masih gemar menonjolkan hal-hal fisik yang nampak dari luar.  Pada masa ini remaja berusaha untuk  tampil dan menarik perhatian orang lain. Agar dapat tampil semenarik mungkin, maka remaja mengupayakan agar tubuhnya ramping dan menghindari kegemukan.
Kegemukan atau yang sering disebut dengan obesitas adalah kelebihan berat badan dari ukuran normal yang sebenarnya. Sering kali banyak remaja yang dihantui dengan kecemasan akan mengalami kegemukan. Remaja yang gemuk, yang tak mampu menerima keadaan dirinya,kemungkinan akan memiliki anggapan negatif yaitu menganggap dirinya mempunyai kekurangan. Perasaan ini akan menyebabkan remaja tersebut merasa minder atau kurang percaya diri dalam pergaulan. Mereka akan menarik diri, membatasi diri dari aktivitas bersama kelompok, takut diejek, dihina, atau menjadi bahan tertawaan dari teman teman sebayanya. Bahkan merekapun akan merasa khawatir kalau tidak ada lawan jenis yang mendekati. Rasa khawatir yang berlebihan ini akan menyebabkan remaja tersebut melakukan diet atau pantangan terhadap pola kebiasaan makan secara ketat. Akan tetapi, terkadang remaja tidak memiliki pengetahuan tentang pola makan yang baik, sehingga sampai menggangu pola pengaturan makannya, akibatnya remaja justru mengalami gangguan makan, misalnya: anorexia nervosa dan bulimia nervosa (Berk, 1993, Papalia dkk. 1998, Santrock, 1999, Rice, 1993 Turner dan Helms, 1995).
Menurut Erikson pula, remaja yang memiliki kecemasan yeng berlebihan tersebut, akan mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial, sulit mencapai kematangan identitas diri. Akan tetapi sebaliknya mereka yang mampu menerima keadaan dirinya dengan apa adanya, walaupun tubuhnya gemuk, maka biasanya mereka akan merasa percaya diri, optimis, sehingga tidak akan menemukan kesulitan dalam pergaulan. Mereka tetap bisa mengekspresikan seluruh potensi di antara teman sebayanya. Dengan demikian, ia menjadi seorang pribadi yang matang, mudah menyesuaikan diri dalam lingkuan sosial, serta merasa optimis dalam menghadapi masa depan. 


Daftar pustaka:
Dariyo Agoes, Psi. 2004. Psikologi perkembangan remaja. Bogor Selatan:Penerbit Ghalia Indonesia.
 
nama: Widuri Mayangsari
NIM: 1731.0410.1167


0 komentar:

Posting Komentar