Menurut pandangan Erikson, remaja
berada dalam tahap masa krisis identitas. Hal ini mendorong para remaja mencari
identitas diri dengan cara menjadi seorang individu yang “sempurna”.
Kebanyakan
remaja mengutamakan penampilan fisiknya dalam pergaulan dengan teman
sebayanya. Mereka masih gemar
menonjolkan hal-hal fisik yang nampak dari luar. Pada masa ini remaja berusaha untuk tampil dan menarik perhatian orang lain. Agar
dapat tampil semenarik mungkin, maka remaja mengupayakan agar tubuhnya ramping
dan menghindari kegemukan.
Kegemukan atau yang sering
disebut dengan obesitas adalah kelebihan berat badan dari ukuran normal yang
sebenarnya. Sering kali banyak remaja yang dihantui dengan kecemasan akan
mengalami kegemukan. Remaja yang gemuk, yang tak mampu menerima keadaan
dirinya,kemungkinan akan memiliki anggapan negatif yaitu menganggap dirinya
mempunyai kekurangan. Perasaan ini akan menyebabkan remaja tersebut merasa
minder atau kurang percaya diri dalam pergaulan. Mereka akan menarik diri,
membatasi diri dari aktivitas bersama kelompok, takut diejek, dihina, atau
menjadi bahan tertawaan dari teman teman sebayanya. Bahkan merekapun akan
merasa khawatir kalau tidak ada lawan jenis yang mendekati. Rasa khawatir yang
berlebihan ini akan menyebabkan remaja tersebut melakukan diet atau pantangan
terhadap pola kebiasaan makan secara ketat. Akan tetapi, terkadang remaja tidak
memiliki pengetahuan tentang pola makan yang baik, sehingga sampai menggangu
pola pengaturan makannya, akibatnya remaja justru mengalami gangguan makan,
misalnya: anorexia nervosa dan bulimia nervosa (Berk, 1993, Papalia dkk.
1998, Santrock, 1999, Rice, 1993 Turner dan Helms, 1995).
Menurut Erikson pula, remaja yang
memiliki kecemasan yeng berlebihan tersebut, akan mengalami kesulitan untuk
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial, sulit mencapai kematangan
identitas diri. Akan tetapi sebaliknya mereka yang mampu menerima keadaan
dirinya dengan apa adanya, walaupun tubuhnya gemuk, maka biasanya mereka akan
merasa percaya diri, optimis, sehingga tidak akan menemukan kesulitan dalam
pergaulan. Mereka tetap bisa mengekspresikan seluruh potensi di antara teman
sebayanya. Dengan demikian, ia menjadi seorang pribadi yang matang, mudah
menyesuaikan diri dalam lingkuan sosial, serta merasa optimis dalam menghadapi
masa depan.
Daftar pustaka:
Dariyo Agoes, Psi. 2004.
Psikologi perkembangan remaja. Bogor Selatan:Penerbit Ghalia Indonesia.
nama: Widuri Mayangsari
NIM: 1731.0410.1167
0 komentar:
Posting Komentar