Ketika Sampah Bernilai: Menabung Bukan Hanya Uang, Tapi Juga Sampah
Oleh : Iqbal Fahri Alfarisyi
| 24310410012 | SPSJ
Dosen Pengampu : Dr. Arundati
Shinta, M.A.
Sampah
menjadi berharga jika dikelola dengan baik, namun bisa menjadi masalah ketika
diabaikan. Salah satu solusi mudah di saat tidak dapat mengelola sampah dengan
baik dengan memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik
diberikan ke bank sampah agar dapat dikelola ulang. Hal tersebut sudah menjadi
langkah kecil untuk melindungi alam dari pencemaran sampah dan bentuk kesadaran
diri bahwa sampah menjadi kewajiban individu. Di saat sudah merasa menjadi
tanggung jawab maka tidak akan ada orang yang membuang sampah dengan
sembarangan, kemudian terbentuknya budaya baik.
Sebagai
bentuk nyata, saya menerapkan pemilahan sampah anorganik yang kemudian disetorkan
setiap dua minggu sekali di Bank Sampah Gemah Ripah, yang sudah beroperasi
sangat lama. Lokasi dari kos saya ke bank sampah berjarak 17km, tepatnya berlokasi
di Gg. Mahakam, Jetis, Wedomartani, Kec. Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55584. Banyak jenis sampah yang dapat ditampung, seperti
kardus, botol, buku bekas, bahkan hingga minyak jelantah dengan minimal 1 liter.
Sistem yang diterapkan di Bank Sampah Gemah Ripah cukup teratur. Setiap nasabah
menyetorkan sampah anorganik, kemudian petugas mencatat jenis dan berat sampah
tersebut dalam buku setoran. Hasil dari penyetoran sampah tidak langsung diberikan,
melainkan akan dibagikan saat menjelang lebaran Idulfitri sebagai bentuk
tabungan. Uang yang diperoleh, nantinya akan saya serahkan pada organisasi
kampus, agar dapat dikelola secara bijak dalam untuk kegiatan bakti sosial atau pun program bermanfaat
lainnya.
Setoran
Sampah Pada Pekan Pertama
Pada
Minggu, 12 Oktober 2025, saya berkesempatan pertama kalinya untuk menyetorkan
sampah ke Bank Sampah Gemah Ripah. Saat itu, suasana di sana memang cukup sepi hanya
segelintir orang yang menyetorkan sampah. Hal itu menunjukkan masih ada
orang-orang yang peduli terhadap lingkungan. Entah dilandasi oleh sikap altruis
atau pro sosial, setidaknya ada dorongan positif untuk menabung ke bank sampah dan berkontribusi dalam mengurangi jumlah
penumpukan sampah yang terus meningkat.
Setoran
Sampah Pada Pekan Kedua
Kemudian
pada Minggu, 26 Oktober 2025, saya kembali menyetorkan sampah rutin untuk kedua
kalinya. Sistem yang saya terapkan dari awal dengan mengajak teman-teman kampus
untuk berpartisipasi. Saya menanyakan mungkin ada barang-barang bekas, tumpukan
buku atau kertas yang sudah tidak terpakai namun belum tahu cara untuk
mengelolanya. Barang-barang tersebut kemudian saya tampung lalu disetorkan ke Bank
Sampah Gemah Ripah, sebagai upaya kecil namun bermakna dalam mengurangi limbah
dan menumbuhkan kesadaran lingkungan di sekitar saya.
Kesadaran
sekitar tidak akan tumbuh jika tidak ada yang terlebih dahulu untuk memulai,
namun kenyataannya selalu ada penolakan. Dari sudut pandang saya sendiri, biasanya
hal tersebut terjadi karena dua hal: kurangnya pemahaman karena keterbatasannya
pendidikan atau justru berpendidikan tinggi tapi minimnya kepekaan terhadap
sosial dan lingkungan.






0 komentar:
Posting Komentar