Senin, 27 Oktober 2025

Psikologi Lingkungan Esai 8 Nasabah Bank Sampah

 Ketika Sampah Bernilai: Menabung Bukan Hanya Uang, Tapi Juga Sampah

Oleh                         : Iqbal Fahri Alfarisyi | 24310410012 | SPSJ
Dosen Pengampu     : Dr. Arundati Shinta, M.A.



Sampah menjadi berharga jika dikelola dengan baik, namun bisa menjadi masalah ketika diabaikan. Salah satu solusi mudah di saat tidak dapat mengelola sampah dengan baik dengan memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik diberikan ke bank sampah agar dapat dikelola ulang. Hal tersebut sudah menjadi langkah kecil untuk melindungi alam dari pencemaran sampah dan bentuk kesadaran diri bahwa sampah menjadi kewajiban individu. Di saat sudah merasa menjadi tanggung jawab maka tidak akan ada orang yang membuang sampah dengan sembarangan, kemudian terbentuknya budaya baik.

Sebagai bentuk nyata, saya menerapkan pemilahan sampah anorganik yang kemudian disetorkan setiap dua minggu sekali di Bank Sampah Gemah Ripah, yang sudah beroperasi sangat lama. Lokasi dari kos saya ke bank sampah berjarak 17km, tepatnya berlokasi di Gg. Mahakam, Jetis, Wedomartani, Kec. Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584. Banyak jenis sampah yang dapat ditampung, seperti kardus, botol, buku bekas, bahkan hingga minyak jelantah dengan minimal 1 liter. Sistem yang diterapkan di Bank Sampah Gemah Ripah cukup teratur. Setiap nasabah menyetorkan sampah anorganik, kemudian petugas mencatat jenis dan berat sampah tersebut dalam buku setoran. Hasil dari penyetoran sampah tidak langsung diberikan, melainkan akan dibagikan saat menjelang lebaran Idulfitri sebagai bentuk tabungan. Uang yang diperoleh, nantinya akan saya serahkan pada organisasi kampus, agar dapat dikelola secara bijak dalam untuk kegiatan  bakti sosial atau pun program bermanfaat lainnya.   

 

Setoran Sampah Pada Pekan Pertama

Pada Minggu, 12 Oktober 2025, saya berkesempatan pertama kalinya untuk menyetorkan sampah ke Bank Sampah Gemah Ripah. Saat itu, suasana di sana memang cukup sepi hanya segelintir orang yang menyetorkan sampah. Hal itu menunjukkan masih ada orang-orang yang peduli terhadap lingkungan. Entah dilandasi oleh sikap altruis atau pro sosial, setidaknya ada dorongan positif untuk menabung ke bank sampah dan berkontribusi dalam mengurangi jumlah penumpukan sampah yang terus meningkat.

       

Setoran Sampah Pada Pekan Kedua

Kemudian pada Minggu, 26 Oktober 2025, saya kembali menyetorkan sampah rutin untuk kedua kalinya. Sistem yang saya terapkan dari awal dengan mengajak teman-teman kampus untuk berpartisipasi. Saya menanyakan mungkin ada barang-barang bekas, tumpukan buku atau kertas yang sudah tidak terpakai namun belum tahu cara untuk mengelolanya. Barang-barang tersebut kemudian saya tampung lalu disetorkan ke Bank Sampah Gemah Ripah, sebagai upaya kecil namun bermakna dalam mengurangi limbah dan menumbuhkan kesadaran lingkungan di sekitar saya.

Kesadaran sekitar tidak akan tumbuh jika tidak ada yang terlebih dahulu untuk memulai, namun kenyataannya selalu ada penolakan. Dari sudut pandang saya sendiri, biasanya hal tersebut terjadi karena dua hal: kurangnya pemahaman karena keterbatasannya pendidikan atau justru berpendidikan tinggi tapi minimnya kepekaan terhadap sosial dan lingkungan.

0 komentar:

Posting Komentar