Psikologi Lingkungan Esai 2 Plogging- Olah Raga
Implementasi Psikologi Lingkungan : Bersih Sampah di Fasilitas Umum yang berlokasi di Lapangan Sidoarum Sleman Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
perilaku manusia. Hubungan timbal balik antara individu dan lingkungannya
menjadi salah satu fokus utama dalam kajian psikologi lingkungan.
Bidang ini tidak hanya mempelajari bagaimana manusia merespons kondisi fisik di
sekitarnya, tetapi juga bagaimana persepsi, emosi, dan nilai-nilai sosial
memengaruhi tindakan manusia terhadap lingkungan. Di tengah meningkatnya
permasalahan sampah dan degradasi kualitas ruang publik, studi mengenai
perilaku peduli lingkungan menjadi semakin relevan. Salah satu masalah nyata
yang sering dijumpai di masyarakat adalah kebiasaan membuang sampah
sembarangan, terutama di fasilitas umum yang seharusnya menjadi ruang bersama
untuk kenyamanan semua orang.
Melalui kegiatan pembersihan sampah di Lapangan Sidoarum Sleman Yogyakarta Hari/Tanggal Minggu, 26 Oktober 2025 pukul 05.30, Saya berusaha memahami fenomena ini bukan hanya dari sisi
sosial dan kebersihan, tetapi juga dari perspektif psikologis: mengapa orang
tetap membuang sampah sembarangan meskipun tahu hal itu salah, dan bagaimana
upaya nyata dapat menumbuhkan kesadaran kolektif untuk menjaga kebersihan.
Kegiatan ini menjadi bentuk penerapan langsung dari konsep psikologi lingkungan
dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus pengalaman reflektif untuk menumbuhkan
empati dan tanggung jawab terhadap ruang publik. Dengan pendekatan psikologi
lingkungan, diharapkan perilaku peduli terhadap kebersihan tidak hanya menjadi
rutinitas, tetapi juga menjadi bagian dari identitas dan budaya masyarakat.
PEMBAHASAN
Sebagai
mahasiswa psikologi, saya selalu tertarik pada bagaimana lingkungan dapat
memengaruhi perilaku manusia, dan sebaliknya, bagaimana perilaku
manusia membentuk kondisi lingkungan tempat ia hidup. Salah satu bidang yang
mengkaji hubungan timbal balik ini adalah psikologi lingkungan, sebuah cabang
ilmu yang mempelajari keterkaitan antara manusia dan lingkungannya, baik secara
fisik maupun sosial. Dalam konteks tersebut, saya bersama beberapa teman
melakukan kegiatan sederhana namun penuh makna: membersihkan sampah di Lapangan
Sidoarum, Sleman, sebuah fasilitas umum yang sehari-hari digunakan warga untuk
berolahraga, berkumpul, maupun sekadar melepas penat. Saat pertama kali datang
ke lapangan tersebut, kami cukup terkejut melihat banyaknya sampah plastik,
botol minuman, puntung rokok, dan sisa makanan yang berserakan di sekitar
tribun dan area parkir. Sekilas mungkin hal ini tampak sebagai masalah kecil,
namun dari sudut pandang psikologi lingkungan, perilaku membuang sampah
sembarangan sebenarnya mencerminkan hubungan yang rusak antara manusia dan
lingkungannya, hubungan yang kehilangan kesadaran ekologis dan rasa tanggung jawab
sosial.
Selama kegiatan berlangsung, saya menyadari bahwa tindakan sederhana seperti memungut sampah ternyata dapat memunculkan refleksi mendalam tentang aspek psikologis di balik perilaku peduli lingkungan. Menurut teori Environmental Behavior yang sering dibahas dalam psikologi lingkungan, perilaku seseorang terhadap lingkungan dipengaruhi oleh faktor internal seperti sikap, nilai, dan kesadaran, serta faktor eksternal seperti norma sosial dan desain ruang publik. Saat saya memungut plastik bekas minuman di tepi lapangan, saya bertanya-tanya: mengapa banyak orang tahu bahwa membuang sampah sembarangan itu salah, tapi tetap melakukannya? Di sinilah teori Cognitive Dissonance dari Leon Festinger terasa relevan, orang sering mengalami ketidaksesuaian antara pengetahuan dan tindakan. Mereka tahu perilaku itu salah, tetapi karena tidak ada tekanan sosial atau konsekuensi langsung, mereka cenderung mengabaikannya. Dalam kasus Lapangan Sidoarum, saya melihat faktor lain yang turut berperan: kurangnya tempat sampah di titik strategis, desain area yang terbuka tanpa batas yang jelas, dan lemahnya rasa kepemilikan terhadap ruang publik. Masyarakat cenderung menganggap fasilitas umum bukan miliknya secara personal, sehingga tanggung jawab menjaga kebersihan pun dianggap bukan kewajiban pribadi. Ini menunjukkan bahwa perilaku peduli lingkungan tidak hanya persoalan kesadaran individu tetapi juga terkait dengan konteks sosial dan desain lingkungan yang dapat mendorong atau menghambat perilaku positif.
KESIMPULAN |
|||






0 komentar:
Posting Komentar