ESAI
Hubungan Antara Konflik, Kinerja, Tingkatan Gaji, dan Kepuasan Kerja Karyawan dalam Dunia Kerja
NAMA :YONAS YOGI
NIM : 24310410021
UJIAN
REMEDIAL SEMESTER – Agustus 2025
PERGURUAN TINGGI : Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
FAKULTAS :
Psikologi, Kelas A
MATA KULIAH : Psikologi Industri dan Organisasi
PENGAMPU :
Arundati Shinta
HARI / TANGGAL : Selasa 26 Agustus 2025,
pukul 08.00 – 23.00 WIB.
Hubungan Antara
Konflik, Kinerja, Tingkatan Gaji, dan Kepuasan Kerja Karyawan dalam Dunia Kerja
1.
Konflik
dalam dunia kerja sering kali membawa dampak negatif yang signifikan bagi
organisasi maupun individu karyawan. Konflik yang tidak ditangani dengan baik
dapat menyebabkan prestasi kerja menurun, gaji yang tidak meningkat atau bahkan
turun, serta kepuasan kerja yang rendah. Oleh karena itu, konflik harus segera
dihindari atau dikelola secara efektif agar tidak merusak hubungan kerja dan
produktivitas organisasi.
2.
Interaksi
sosial dalam organisasi yang menandakan adanya konflik biasanya ditandai oleh
beberapa hal penting. Pertama, alur komunikasi yang tidak lancar menyebabkan
miskomunikasi dan ketidaksepahaman antar anggota tim. Kedua, kurangnya
keterbukaan membuat informasi tidak tersampaikan dengan jelas, sehingga
menimbulkan prasangka dan ketidakjelasan tujuan. Ketiga, hilangnya rasa saling
percaya memperburuk hubungan antar karyawan dan manajemen. Keempat, kegagalan
manajer dalam merespons kebutuhan dan aspirasi karyawan membuat perasaan
karyawan diabaikan, yang kemudian memicu ketegangan dan konflik lebih lanjut.
3.
Bagan
1 menggambarkan hubungan antara konflik dengan kinerja, tingkatan gaji, dan
kepuasan kerja karyawan secara berurutan dan berkesinambungan. Konflik yang
tidak segera diketahui dan ditangani akan menimbulkan perilaku negatif, seperti
pernyataan atau tindakan agresif yang menyerang pihak lain. Fokus karyawan yang
berkonflik bergeser dari menyelesaikan pekerjaan menjadi berusaha menjatuhkan
lawan konflik, sehingga prestasi kerja mereka menurun. Penurunan kinerja ini
berdampak langsung pada tingkatan gaji, karena dalam banyak organisasi,
evaluasi gaji sangat tergantung pada kinerja yang dicapai. Karyawan yang
kinerjanya menurun akibat konflik biasanya tidak mendapat kenaikan gaji atau
bonus, bahkan bisa mengalami pemotongan.
4.
Selain
itu, penurunan kinerja juga berimbas pada kepuasan kerja karyawan. Stres,
frustasi, dan rasa tidak dihargai akibat konflik membuat karyawan merasa tidak
puas terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja yang rendah dapat menimbulkan siklus
negatif, di mana ketidakpuasan memperbesar peluang munculnya konflik baru.
Dengan demikian, konflik yang tidak diatasi akan terus memperburuk kinerja,
gaji, dan kepuasan kerja karyawan.
5.
Penelitian
oleh Allio (2013) dan Safi & Khairkhwa (2024) menguatkan pandangan ini
dengan menunjukkan bahwa karyawan yang mengalami konflik, baik dengan rekan
kerja, pimpinan, maupun budaya organisasi, cenderung menunjukkan penurunan
prestasi kerja yang berkelanjutan. Hal ini menegaskan bahwa konflik dalam
organisasi harus menjadi perhatian serius manajemen agar tidak mengganggu
produktivitas dan kesejahteraan karyawan.
6.
Kesimpulannya,
konflik yang muncul dalam dunia kerja memiliki efek domino yang negatif
terhadap kinerja, gaji, dan kepuasan kerja karyawan. Oleh karena itu,
organisasi perlu mengidentifikasi dan mengelola konflik secara efektif melalui
komunikasi yang terbuka, membangun kepercayaan, dan merespons kebutuhan
karyawan secara tepat agar siklus negatif tersebut dapat diputus dan
produktivitas kerja tetap terjaga.
Daftar Pustaka
Allio, R. J. (2013). Master class: Leaders and leadership.
Strategy and Leadership, 41(1), 4-14. Emerald Publishing Limited. DOI: 10.1108/10878571311290016.
Safi, R. & Khairkhwa, M. (2024). Impact of conflict
management practices on employee performance in organizations. Journal for
Research in Applied Sciences and Biotechnology, 3(3), 253-257.
https://doi.org/10.55544/jrasb.3.3.39
0 komentar:
Posting Komentar