Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Klinik Karir

Kamis, 04 Desember 2025

Psikologi Lingkungan Esai- 8 Nasabah Bank Sampah 

 

 Lingkungan Bersih Tabungan Bertambah

Menabung di Bank Sampah (MESEM)

                          Oleh: Kenty Lukisanita | 24310410028 | SPSJ
                                Dosen Pembimbing : Dr. Shinta Arundita 



      Yogyakarta, Jumat 05 Desember 2025 pukul 09.00 wib melalukan kegiatan mengumpulkan sampah di Bank Sampah. Saya menjadi nasabah penyetor sampah di Bank Sampah Mesem yang terletak di barat alun-alun Utara Yogyakarta Utara PDHI.

       Saya warga kota Yogyakarta ingin berperan dalam mengurangi Volume Sampah. Di Bank Sampah Mesem tersebut saya bertemu dengan pengurus Bank Sampah yang bernama Ibu Atika selaku ketua  Bank Sampah Makmur Sejahtera Mandiri ( MESEM) dan Ibu Puji dan pengurus lainnya. Nabung di Bank Sampah kegiatan mengumpulkan dan menyimpan sampah dan memiliki nilai ekonomi, seperti kertas, botol plasti, kardus kemudian di jual ke bank sampah danalam kegiatan ini dapat untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke lingkungan, meningkatkan kesadaran lingkungan dengan nabung di bank sampah pentingnya pengelolaan sampah dengan baik, dan juga dapat menghasilkan pendapatan dari menjual sampah yang telah di kumpulkan dan di pilah. Anggota Bank Sampah tersebut tidak setiap hari menyetor sampah dan Pengurus bank sampah menerima setoran sampah setiap seminggu sekali pada hari Jumat dan sebelum sampah di setorkan, Penyetor harus memilah sampah berdsarkan jenis sampah. 

 Bank sampah biasanya hanya menerima sampah yang telah di pilah dan di bersihkan, kemudian ditimbang dan diberikan buku tabungan nominal rupiahnya atau poin kepada nasabah penyetor sampah di bank sampah. Kegiatan ini dapat menjadi salah satu cara untuk mengelola sampah dan berkelanjutan.


                                                Penimbangan Sampah yang sudah di pilah 



Proses Menimbang Sampah yang di setorkan dan sudah di pilah dibersihkan berdasarkan jenis sampah. setelah proses timbang mendapatkan penilaian nilai tukar berdasarkan berat dan jenis sampah yang ditentukan sesuai harga yang berlaku di bank sampah dapat di nilai dan tidak dapat di nilai.

                                   Buku Tabungan Nasabah Di Bank Sampah (MESEM)


               Buku Tabungan Sampah Di Berikan Kepada Nasabah Penyetor Sampah


                                           Proses Mencatat Buku Tabungan Sampah 

    Proses penyetoran sampah memiliki nilai ekonomi, yang dilakukan mencatat tanggal penyetoran sampah, jenis sampah dan mencatat berat sampah yang di setorkan, mencatat nilai tukar sampah nasabah guna buku untuk mengupdate saldo tabungan sampah sehingga dapat memantau riwayat transaksi penyetoran sampah dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

    Pentingnya Menjaga Lingkungan Kita dan Kota Yogyakarta Tercinta ini selain Jogja Berhati Nyaman Aman Damai, pentingnya kita tetap menjaga kebersihan supaya lingkunga kota Yogyakarta dan Masyarakat tetap Sehat dengan melakukan pengelolaan sampah dengan baik. "Ayo deang bersama kita jaga lingkungan dan Mari kita manfaatkan Bank Sampah dengan memilah dan menyetorkan Sampah dan sampah supaya dapat di daur ulang dengan ini dapat membantu mengurangi volume sampah tetapi juga mendapatkan pendapatan.

Mulai saat ini ilmu yang sudah di dapatkan untuk diri sendiri dan sehingga dapat mengajak keluarga, kerabat untuk melakukan pengelolaan sampah dan bertanggung jawab dilakukan bersama sehingga dapat menciptakan lingkungan sehat dan bersih.

Selasa, 02 Desember 2025

 

Psikologi Lingkungan Esai-6 Eksperimen di Rumah Dosen


Mahasiswa Universitas Proklamasi 45' Belajar dari Sampah Menjadi Penghasilan;

                                    Oleh: Kenty Lukisanita | 24310410028 | SPSJ
                                        Dosen Pembimbing : Dr. Shinta Arundita 

    Yogyakarta, 30 November 2025  Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Proklamasi 45 melakukan kunjungan dan belajar ke rumah Dosen Ibu Dr. Shinta Arundita, selaku dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Lingkungan Universitas Proklamasi 45.





       Dalam kunjungan itu kami ada beberapa untuk pembelajaran yang diajarkan oleh Ibu Shinta diantaranya belajar memanen, membuat kompos, dan membuat eco enzym, membuat sabun cair ramah lingkungan, dan merintis ecopreneur atau ramah ekonomi dengan membuat gantungan kunci bisa dijadikan sovenir untuk dijual. Dan Mahasiswa diberikan tugas masing-masing atau kelompok dan tugas saya mendapatkan bagian membuat gantungan kunci, menali paperbag, mengisi kompos didalam paperbag kompos lalu di pita, dan di tempelkan stiker baik botol sabun cair, paperbag dan kompos.

Belajar bertanggung jawab pada sampah setelah kita makan , Kemudian Ibu Dosen memberikan kami beberapa jenis makanan untuk kami makan dan dihabiskan lalu bungkus untuk di pilah atau dibedakan. Jenis makanan ada pisang, kue, gorengan dibungkus plastik dan berbungkus dedaunan. 

        Mahasiswa diwajibkan untuk  membawa cangkang telur yang akan dikelola menjadi bahan pupuk organik dan ada tahapan-tahapan cara pembuatan kompos yang diajarkan oleh Ibu Shinta diantaranya:
Sampah yang telah dikonsumsi berupa kulit pisang dan sampah berbungkus dedaunan di potong kecil-kecil, kemudian dituangkan ke wadah yang berukuran besar. Kemudian tuangkan daun kering sampah dapur, dedek, grajen, kapur dolomit, dan air kulit bawang ke dalam wadah lalu campurkan Molase EM4, air dan POC ke dalam ember dan tuangkan campuran ke dalam wadah, aduk hingga merata, kemudian masukkan ke dalam kendi yang  telah terdapat kompos di dalamnya kemudian Kompos diaduk dua hari sekali dan Setelah 14 hari kompos sudah siap digunakan dan tambahkan arang, abu gosok, dan kulit telur saat panen.

Kemudian Mahasiswa ada yang membuat Eco-Enzym dan Sabun cair dan sudah tersedia bahan- bahannya yang siap untuk di olah atau dibuat dan ada Mahasiswa membuat gantungan kunci dari bahan-bahan sederhana yang sudah disiapkan pernik-pernik, tali karung goni berwarna cokelat, tali seperti tambang berwarna putih, dan key ring. 

Dengan melakukan Eksperimen sampah menjadi Penghasilan sehingga kita dapat membantu mengurangi Volume Sampah yang dibuang ke Lingkungan dan Menciptakan peluang Ekonomi baru.
 

Belajar Eksperimen sampah dapat menjadi cara yang menyenangkan dan untuk memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik serta dapat mengembangkan keterampilan dan dapat menghasilkan uang.



Senin, 01 Desember 2025


 

Psikologi Lingkungan Esai 7 Kunjungan ke TPST Randu Alas


Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, Melaksanakan Kunjungan dan Belajar Pengelolaan Sampah di TPST Randu Alas;

                                        Oleh : Kenty Lukisanita | 24310410028 | SPSJ

                                            Dosen Pembimbing : Dr. Shinta Arundita


Pada Sabtu tangga 18 Oktober 2025, Mahasiswa psikologi kelas reguler dan kelas karyawan Universitas Proklamasi 45 melakukan kunjungan dan belajar pengelolaan sampah ke TPST Randu Alas.

TPST Randu Alas ini tempat pengelolaan Sampah yang bertempat di daerah Desa Sardonoharjo, Sleman, Yogyakarta. Dan TPST Randu Alas ini contoh pengelolaan sampah terpadu yang efektf dan berkelanjutan, fasilitas ini dibangun sebagai respons terhadap masalah sampah yang saat ini semakin kritis di wilayah yogyakarta, terutama setelah penutupan akses ke TPA piyungan dengan itu TPST Randu Alas ini beroperasi berdasarkan prinsip dengan 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recyle (mengurangi,menggunakan ulang, mendaur ulang). Dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik.


Kunjungan dan Belajar di TPST Randu Alas ini belajar tentang pengelolaan sampah yang di bimbing oleh Dosen Universitas Proklamasi 45 yogyakarta Dosen pembimbing kami yaitu Ibu Dr. Shinta Arundita, dan Pengelola TPST Randu Alas Bapak Joko Tri Waluyo.

Belajar pengelolaan sampah ini menjadikan pengalaman yang sangat berharga, terutama bagi masyarakat dan generasi muda seperti kami, pentingnya kunjungan dan belajar ini karena untuk meningkatkan kesadaran lingkungan sehingga bisa melihat langsung bagaimana pengelolaan sampah dilakukan dan dapat memahami pentingnya untuk mengurangi sampah dan mendaur ulang kembali sampah. Kunjungan ini menjadi kesempatan untuk belajar tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar sehingga dapat memahami bagaimana dampak sampah yang tidak tepat sehingga berdampak pada lingkungan hingga kesehatan masyarakat.

Mengedukasi warga atau masyarakat untuk dapat memilah sampah sejak dirumah dan pentingnya memilah sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos, sampah anorganik seperti plastik dan kertas dapat di daur ulang atau dijual kembali.





Pentingnya memilah sampah untuk memudahkan pengelolaan sampah sehingga lebih efisien untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dan jenis sampah yang dapat di pilah sisa makanan, sayuran, buah buahan, plastik, kertas, logam,kaca hingga bahan kimia.


                                                                                Pupuk Cair 



                                                            Pupuk POC yang belum di saring


                                                                Pupuk Mol Mikro Organisme 





Memahami Pengelolaan Sampah yang baik menjadikan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan sampah serta tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan dalam kegiatan sehari - hari.



       








                  

 Psikologi Lingkungan Esai 9 - Partisipasi Lomba 


Workshop Eco- Enzyme Serentak Bhayangkari Seluruh Indonesia

59 Ribu Bhayangkari Pecahkan Rekor MURI, Gerakan Eco-Enzym Kini Menyala dari Rumah Ke Seluruh Indonesia

                                     Oleh : kenty Lukisanita | 24310410028 | SPSJ

                                         Dosen Pembimbing : Dr. Shinta Arundita.


Yogyakarta, 28 November 2025, Pukul 06.30 wib

Ketua Bhayangkari Daerah Istimewa Yogyakarta Ny.Wilda Anggoro didampingi wakil ketua PYKB Daerah D.I.Yogyakarta Ny. Ade Gusti Ngurah Rai mengikuti " Worshop Ecp-Enzyme Serentak Bhayangkari Seluruh Indonesia, MURI 2025" Secara hybrid yang di selenggarakan oleh pengurus Pusat.



Dan kegiatan ini di ikuti oleh 800 Bhayangkari secara onsite dan kurang lebih 59.618 peserta bhayangkari secara online ditempat masing-masing daerah. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu indonesia Raya dan Mars Bhayngkari. Pembacaan Doa megawali pelaksanaan Workshop untuk memohonkan pertolongan Tuhan YME acaranya berjalan baik dan lancar dan penuh keberkahan. 




Turut hadir dalam kegiatan, seluruh pengurusan Bhayngkari seluruh indonesia di tempat masing-masing. Pada kesempatan ini, Bhayangkari berhasil memperoleh Rekor Dunia yang di catat di Museum Rekor Dunia Indonesia yang ditandai dengan pemberian Piagam dan Medali yang diserahkan oleh Bapak Awan Rahargo selaku Direktur Marketing MURI.



Kegiatan Eco-Enzyme ini dilakukan secara bersamaan , dan Eco-Enzyme memiliki banyak fungsi multifungsi sebagai pembersih serbaguna, pupuk alami untuk menyuburkan tanaman, penghilang bau dan hama serta menjaga lingkungan dan manfaat lainnya dapat menjernihkan air, mengurangi limbah organik rumah tangga sebagai antiseptik .




Eco Enzym langkah sederhana namun berdampak besar untuk mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengolah limbah dapur dan berharap setiap bhayangkari mampu meneruskan edukasi dan implementasi eco-enzym secara berkelanjutan di wilayah masing-masing.Kegiatan ini diperkuat oleh komunitas Eco Enzym Nusantara dan Yayasan Upakara Bio Enxym Nusantara dan Yayasan Upakara Bio yang memberikan pendampingan subtansi. Eco Enzym memberi solusi praktis untuk mengurangi sampah organik dirumah.Edukasi ini sangat penting.




Serentak Bhayangkari indonesia Menyelamatkan Bumi. Salam 3 jari "E" yang artinya salam eco ezym.





Pada Kegiatan ini Bhayangkari telah memperoleh Rekor Dunia yang di catat di Museum Rekor-Dunia Indonesia yang ditandai dengan pemberian penghargaan dari komunitas Eco Enzym Nusantara dan menerima buku tentang Eco Enzym yang ditulis oleh Bapak Sugeng Wluyo selaku Ketua Yayasan Upakara Bio Enzym.

Kegiatan Worshop Eco Enzym ditutup dengan menyanyikan lagu padamu Negeri dan lanjut untuk dokumentasi foto. 




Rabu, 26 November 2025

Psikologi Lingkungan Esai 6 Eksperimen di Rumah Dosen

Mahasiswa Belajar Peduli Bumi: Eksperimen Berkelanjutan di Rumah Dosen, dari Sampah Menjadi Penghasilan

Oleh : Iqbal Fahri Alfarisyi | 24310410012 | SPSJ

Dosen Pembimbing : Dr. Shinta Arundita






        Sampah menjadi permasalahan utama di kalangan masyarakat, bahkan hingga saat ini pemerintah pun tidak memiliki solusi untuk menanganinya. Berbeda bagi orang-orang yang berpendidikan dan peka terhadap lingkungan. Penggiat sampah dan akademisi yang simpatisan terhadap bumi, justru berpandangan bahwa sampah bukanlah sumber masalah bahkan sampah itu bernilai dan sumber penghasilan. Permasalahan bukan terletak pada sampah, namun masalah sesungguhnya berada pada diri manusia yang tidak memiliki simpati pada lingkungan dan enggan mengelola sampah dari hasil makan atau barang yang telah dikonsumsinya.

        Yogyakarta, 23 November 2025 – Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Proklamasi 45 melakukan kunjungan pembelajaran ke rumah dosen Dr. Shinta Arundita, selaku pengampu mata kuliah Psikologi Lingkungan. Dalam kunjungan tersebut ada lima pembelajaran yang diajarkan, yaitu: belajar bertanggung jawab terhadap sampah yang diproduksinya sendiri, memanen dan membuat kompos, memanen dan membuat eco enzym, membuat sabun cair ramah lingkungan, dan merintis ecopreneur atau ekonomi sirkuler dengan membuat gantungan kunci. Mahasiswa dibagi tugas dan saya mendapatkan bagian pengelolaan pupuk kompos dan membuat gantungan kunci.


Belajar Bertanggung Jawab Terhadap Sampah Yang Diproduksinya Sendiri

      Dosen menyuguhkan tiga jenis makanan kepada mahasiswa: buah melon, kue-kue basah berbungkus plastik, dan lemper atau lontong yang berbungkus dari dedaunan. Semua makanan wajib dihabiskan. Sambil makan bersama, dosen membagikan pengalaman dan wawasan.

“Apakah kalian bisa mengelola sampah dari makanan atau barang yang dikonsumsi oleh kalian sendiri?” tanya dosen.

“Tidak, Bu. Biasanya dibuang ke tempat sampah dan nanti diangkut oleh petugas kebersihan” jawab mahasiswa.

“Justru di situ letak permasalahannya, kalian seharusnya bertanggung jawab terhadap apa yang telah kalian beli dan konsumsi. Jika memang tidak sanggup jangan dibeli, sehingga dalam psikologi disebut impulse control, yaitu kemampuan menahan diri dari keinginan yang tidak terkontrol. Jika terpaksa harus membelinya karena kelaparan atau butuh setidaknya jangan dibuang sembarangan dan dipisahkan jenis sampahnya” ujar dosen.

        Dari percakapan tersebut, wawasan saya terbuka bahwa tanggung jawab bukan hanya berlaku pada hal-hal besar atau masalah besar yang terlihat serius. Sampah kecil yang dihasilkan pun menjadi tanggung jawab pribadi.  Jika dibuang sembarangan, sampah kecil itu akan menumpuk dan berubah menjadi masalah yang besar yang dampaknya tidak hanya kembali pada diri sendiri, tetapi juga merusak alam dan mengganggu makhluk hidup lainnya.


Memanen Dan Membuat Kompos

        Mahasiswa diwajibkan membawa cangkang telur, yang mana akan dikelola menjadi bahan pupuk organik. Tahapan-tahapan cara pembuatan kompos yang diajarkan:

  • Sampah yang telah dikonsumsi berupa kulit melon dan sampah berbungkus dari dedaunan di potong kecil-kecil, kemudian dituangkan ke wadah yang berukuran besar.
  • Tuangkan daun kering, sampah dapur, dedek, grajen, kapur dolomit, dan air kulit bawang ke dalam wadah.
  • Campurkan Molase, EM4, air dan POC ke dalam ember. Tuangkan campuran ke dalam wadah, aduk hingga merata, kemudian masukkan ke dalam kendi yang  telah terdapat kompos di dalamnya.
  • Kompos diaduk dua hari sekali. Setlah 14 hari kompos siap digunakan. Tambahkan arang, abu gosok, dan kulit telur saat panen.


Merintis Ecopreneur Atau Ekonomi Sirkuler Dengan Membuat Gantungan Kunci


            Mahasiswa membuat gantungan kunci dari bahan-bahan sederhana yang telah disiapkan: pernik-pernik, tali karung goni berwarna cokelat, tali seperti tambang berwarna putih, dan key ring.






Selasa, 25 November 2025

 PENGELOLAAN SAMPAH TPST RANDU ALAS

SABTU 18 OKTOBER 2025 

NAMA : MUAINI

NIM: 25310420012

PSIKOLOGI LINGKUNGAN A 

DOSEN PENGAMPU Dr. Dra Arundati Shinta .M.A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta  


 


Top of Form

Bottom of Form

 sabtu 18 oktober 2025 kami dapat kesempatan untuk belajar tentang pengolahan sampah yang ada di TPST Randu Alas, dengan di dampingi oleh dosen kami pengampu mata kuliah psikologi lingkungan ibu Dr. Dra Arundati Shinta .M.A memberi kita kesempatan untuk kelas psikologi lingkungan di pindah ke tempat yang istimewa ini yang mana disini kita diajarkan bagaimana pengilahan sampah sehari hari yang kita hasilkan dengan yang awalnya menggunakan alat sederhana karena kesadaran bapak Sujono dan kawan kawanya mengolahah sampah hingga memiliki alat yang lebih baik dan di tempat ini banyak penggerak peduli lingkungan mendapatkan ilmu untuk terus berbenah diri dan membuka kesadaran bahwa penting sekali untuk menjaga kebersihan dan mengolah sampah yang kita hasilkan setiap harinya.

Tempat Pengolahan Sampah TPST Randu Alas di Kalurahan Sardonoharjo menjadi solusi dalam menangani permasalahan sampah dengan pendekatan berbasis masyarakat. Melalui sistem pemilahan, daur ulang, dan pengolahan sampah organik menjadi kompos, TPST ini tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi warga sekitar.

TPST Randu Alas berdiri atas kisah yaitu dulu TPST ini adalah tempat pembuangan sampah, karena bapak Sujono dan tim selaku masyarakat sekitar sini melihat beberapa daerah membuang sampah ke tempat ini dan tempat ini menjadi tidak terkelola yang menjadikan lingkungan kotor dan buruk akhirnya beliau memutuskan untuk mengelola tempat ini menjadi TPST. Setelah itu bapak Sujono dan tim mengajukan proposal kepada DLH atau Dinas Lingkungan Hidup untuk diberikan fasilitas untuk pengolahan sampah.


“Setelah DLH mempercai kami dan proposal sudah di ACC akhirnya pada tahun 2015 TPST sudah dibangun dan selesai pembangunan yaitu bulan Februari 2016. Kami mencari pelanggan yang mau dan bersedia untuk bekerjasama dengan kami atau berlangganan dengan kami waktu itu terkumpul sekitar 20-20 orang. Sampah yang sudah terkumpul kita pilah dan kita pilih untuk dijual, nantinya akan ada petugas yang mengambil sampah yaitu 2 Minggu sekali lalu kita jual sampah yang sekiranya laku dan uangnya kami masukkan ke kas RT.”kata bapak Sujono selaku wakil ketua TPST Randu Alas.

Para petugas pengelola sampah seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat, namun keberadaan mereka memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari kita. Mereka adalah orang-orang yang berada di garis depan dalam menjaga kebersihan lingkungan, mengendalikan sampah, dan mencegah timbulnya berbagai masalah kesehatan serta lingkungan. Di balik profesi yang sering dianggap sepele ini, banyak petugas yang menemukan kebermaknaan hidup dari pekerjaan mereka. Berikut adalah beberapa aspek yang membuat pekerjaan mereka penuh makna dan menginspirasi.

Pengelola TPST Bapak Sujono, menekankan bahwa keberhasilan pengelolaan sampah bergantung pada kesadaran masyarakat dalam memilah sampah sejak dari rumah. “Kami terus mengedukasi warga tentang pentingnya memilah sampah. Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos, sementara sampah anorganik seperti plastik dan kertas bisa didaur ulang atau dijual kembali,”

Dengan meningkatnya partisipasi warga dalam memilah dan mengelola sampah, TPS3R Randu Alas diharapkan dapat menjadi model pengelolaan sampah yang berkelanjutan bagi Kalurahan Sardonoharjo dan daerah sekitarnya.

Top of Form

Bottom of Form

 



Senin, 24 November 2025

Psikologi Lingkungan Esai 7 Kunjungan ke TPST Randu Alas

 

Belajar Praktik Pengelolaan Sampah: Pengalaman Kunjungan TPST Randu Alas

Oleh : Iqbal Fahri Alfarisyi | 24310410012 | SPSJ

Dosen Pembimbing : Dr. Shinta Arundita




Yogyakarta sedang krisis sampah, pada tahun 2023, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan ditutup karena kapasitasnya telah mencapai batas maksimum. Penutupan ini menyebabkan terhentinya alur pembuangan sampah dari berbagai wilayah, sehingga memicu masyarakat membuang sampah secara sembarangan di lingkungan sekitar, pinggir jalan, hingga pinggir pantai dan kawasan sungai.  



Pada Sabtu, 18 Oktober 2025, mahasiswa psikologi kelas reguler dan kelas karyawan Universitas Proklamasi 45 melakukan kunjungan ke TPST Randu Alas. Hasil dari kunjungan tersebut mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang berharga seputar pengelolaan sampah.

Keresahan beberapa masyarakat meningkat hingga pada akhirnya memunculkan solusi dengan membangun TPST Randu Alas. Ada beberapa protokol yang harus dipatuhi oleh warga agar sampahnya diterima di antaranya, sampah botol beling, botol plastik, sisa makanan, kardus-kardus, dan kertas-kertas harus dipisah. Konsep yang diterapkan tersebut sangat terstruktur dengan memilah sampah organik dan anorganik. Sampah-sampah botol akan dikumpulkan sesuai dengan merek, kemudian akan dikembalikan ke perusahaan produksi air tersebut. Sampah sisa-sisa makanan yang  diterima di TPST memiliki aturan, yaitu tidak mudah membusuk atau masih belum diserang Belatung, kemudian akan dijual ke para peternak ikan, ayam, dan bebek.

TPST Randu Alas sebelum mengalami over load masih memiliki sistem yang sangat memadai. Sebelumnya, memiliki kolam lele, magot, pembuatan pupuk organis, bahkan pembuatan ecoenzym.  Sangat disayangkannya banyak warga yang tidak mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan, bahkan ditegur pun tidak ada kesadaran. Akhirnya para pekerja TPST Randu Alas memutuskan untuk tetap menerimanya namun beberapa konsep dihilangkan atau dialihkan.

Kesimpulannya, bahwa jika belum bisa bertanggung jawab dengan sampah kita sendiri maka jangan mengonsumsi makanan atau barang yang menimbulkan penumpukan sampah. Hal ini, agar membangun kesadaran diri, yang mana jika tidak dapat mengelola sampah dari hasil barang atau makanan yang dikonsumsi maka jangan membelinya, sampai bisa mengelolanya. 



Selasa, 18 November 2025

Esai 7 Belajar di TPS 3R Randu Alas Psikologi Lingkungan Jessica Maria Kelas A


Esai 7 Psikologi Lingkungan belajar di TPS 3R Randu Alas

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta M.A.

Jessica Maria 243210420063

Yogyakarta November 2025






Sampah menjadi salah satu masalah besar dan mengganggu hampir di setiap wilayah, termasuk di Candi Karang, Sardonoharjo. Masalah sampah dan pengolahannya terjadi karena ulah kita sendiri. Banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran kalau sampah pribadi adalah tanggung jawabnya. Kurangnya kesadaran tersebut memicu masalah, seperti tumpukan sampah yang menimbulkan bau. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran masyarakat terkait sampah dan fasilitas yang memadai untuk mengolah sampah. 

Adanya TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) membantu meningkatkan kesadaran masyarakat serta mengolah sampah. Pada 18 Oktober 2025 saya dan mahasiswa kelas psikologi lingkungan berkesempatan mengunjungi TPS 3R Randu alas untuk belajar tentang pengolahan sampah. TPS ini terletak di Candi Karang, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Kami dibimbing oleh pak Tujuno yang menjelaskan tentang proses terbentuknya TPS ini dan apa saja kegiatan pengolahan sampah yang ada. TPS Randu Alas dimulai pada tahun 2015, sebelum menjadi TPS seperti sekarang, dulunya tempat ini adalah bank sampah. Peralihan menjadi TPS disebabkan karena tidak semua sampah dapat dikelola oleh bank sampah. Jadi, mereka mengajukan membuat TPS, dengan salah satu syarat meminta tanda tangan ke 100 kepala keluarga di lingkungan sekitar TPS ini. Tanah yang digunakan untuk menjadi TPS berasal dari tanah kas. 

Pengolahan sampah di TPS Randu Alas, dimulai dari pengambilan sampah dengan kendaraan motor roda tiga yang memiliki bak di belakang. Pengambilan sampah dilakukan setiap dua kali seminggu, sebelum muncul set. Kemudian, sampah dipisahkan antara organik dan anorganik. Sampah anorganik di pilah, dibersihkan, dan dicacah menggunakan mesin. Ada juga sampah yang dibakar, tetapi Pak Tujuno mengatakan, mereka terpaksa membakarnya karena belum menemukan teknologi lain. Asap dari pembakaran itu juga belum dapat diatasi. Lalu, ada rencana untuk memanfaatkan abu sisa pembakaran menjadi bahan baku batako. Abunya dikumpulkan di bagian belakang TPS. Selain itu, sampah organik dikelola menjadi biogas pupuk atau pupuk cair. Mereka juga membuat MOL (Mikroorganisme Lokal) untuk proses fermentasi sampah organik menjadi kompos. Terdapat juga pembuatan eco lindi dari sisa kulit buah, yang berfungsi untuk mengurangi bau sampah. Cuaca menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengolahan sampah, walaupun tidak selalu. Cuaca hujan akan mempercepat timbulnya bau kalau sampah lupa ditutup. Sebaliknya, musim kemarau memperlambat timbulnya bau. 


MOL yang dibuat di TPS 3R Randu Alas



Berjalannya pengelolaan sampah di TPS Randu Alas, bukan tanpa kendala dan tantangan. Pak Tujuno menjelaskan tantangan terbesar dalam pengolahan sampah adalah mengedukasi warga. Selain itu, pengolahan butuh biaya operasional jadi pelanggan di TPS ini harus membayar. Bayaran berupa iuran dari pelanggan, digunakan untuk biaya operasional dan menggaji pengurus TPS. Pelanggannya berasal dari rumah tangga, rumah tangga usaha, dan usaha. TPS ini juga kekurangan pengurus, sulit mencari tenaga kerja. Jadi saat ini hanya ada tujuh pengurus, bahkan salah satu dari mereka berasal dari Wonosari. Tantangan lain yang dihadapi pengurus yaitu keselamatan kerja, karena menggunakan mesin yang cukup berbahaya maka ada resiko untuk terluka. Salah satu pengurus terluka karena mesin tersebut, untungnya sudah diobati dan biaya pengobatan ditanggung BPJS. Pengurus TPS lain juga sudah memiliki BPJS, jadi biaya pengobatan akan ditanggung BPJS. 

Pembelajaran ini menyadarkan saya kalau sampah dapat diolah menjadi hal lain yang bermanfaat dan tanggung jawab terkait sampah harus dimulai dari sampah pribadi.


Rabu, 12 November 2025

ESAI KE 4 komitmen kita terhadap sampah

                    Esai 4 — komitmen  

                    Psikologi Lingkungan

                    Nama : Chitra Amanda Kasim 

                    Nim: 24310410036

                    Kelas Reguler (A)

    Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta M. A.


Bicara soal kebersihan lingkungan, sering kali kita berpikir harus melakukan sesuatu yang besar agar terlihat berdampak. Padahal, komitmen menjaga kebersihan bisa dimulai dari hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari. Saya sendiri mulai sadar hal itu sejak sering melihat sampah berserakan di sekitar tempat tinggal. Awalnya saya hanya mengeluh, tapi lama-lama saya merasa tidak cukup kalau hanya diam. Dari situ, saya mulai berkomitmen untuk melakukan perubahan kecil

Hal sederhana yang saya lakukan misalnya selalu membawa botol minum sendiri agar tidak membeli air kemasan, membawa tas kain saat belanja, dan membuang sampah sesuai jenisnya. Sekilas memang terlihat sepele, tapi kalau dilakukan terus-menerus, kebiasaan itu jadi bentuk nyata dari kepedulian terhadap lingkungan. Kadang, saat melihat orang lain sembarangan buang sampah, saya mencoba mengingatkan dengan cara sopan. Tidak mudah memang, tapi saya percaya perubahan itu berawal dari contoh kecil.

Saya juga mulai membiasakan diri memungut sampah di sekitar  kosan saya , meski bukan sampah saya sendiri. Setiap kali melakukannya, ada rasa puas tersendiri. Bukan karena ingin dipuji, tapi karena tahu saya ikut menjaga tempat yang saya tinggali. Bagi saya, komitmen untuk menjaga kebersihan bukan cuma soal tindakan, tapi juga kesadaran. Kalau setiap orang mau mulai dari diri sendiri—dari hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan atau mengurangi penggunaan plastik—maka lingkungan kita akan jauh lebih nyaman dan sehat. Tidak perlu menunggu orang lain duluan. Cukup mulai dari langkah kecil, tapi dilakukan dengan hati dan konsisten. Karena perubahan besar selalu berawal dari niat sederhana.




https://youtube.com/shorts/fzINyH1_XVg?si=HW3IAxSDYZdw1xQd


ESAI KE 2 Plogging Sore Hari di Sekitar Kompleks

                   Esai 2 — Plogging

                   Psikologi Lingkungan

                   Nama : Chitra Amanda Kasim 

                   Nim: 24310410036

                   Kelas Reguler (A)

    Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta M. A.


 udara  di sore sekarang ini terasa sejuk dan langit mulai berwarna jingga. Setelah seharian di kos , saya memutuskan untuk keluar sebentar sambil berolahraga ringan. Kali ini saya mencoba plogging, yaitu jogging sambil memungut sampah di sekitar kompleks tempat saya tinggal. Sebelum mulai, saya memperhatikan jalan di depan kos  saya  cukup kotor. Ada bayak daun yang sudah layu dan , botol plastik, dan puntung rokok berserakan di depan pagar . Padahal biasanya ini sebenarnya bersih dan asri. Mungkin karena musim hujan juga segingga samapahnya berserakan. Melihat itu, saya mulai memebersihkan dengan sapu lidi dan mulai mengumpulkan sampah untuk menjadi rapih.

.


Awalnya agak canggung, apalagi beberapa orang yang lewat  sempat memperhatikan. Tapi lama-lama saya terbiasa. Bahkan, ada kaka² yng menjaga salonnya yng di samping  di  bilang, “Wah, bagus nih, jarang  banget ada anak kost yang bersihkan sampah di sini .” Saya tersenyum sambil terus sapu. Setelah  sapu menjadi besih saya  lanjut untuk jogging  lagi hampir satu jam berkeliling, kembali dan istirahat  di depan jalan sebentar sambil melihat sekitar. Jalan di depan pagar  yang tadinya kotor kini tampak lebih bersih dan enak dipandang. Di saat itu, saya benar-benar sadar betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan yang bersih bukan hanya enak dilihat, tapi juga bikin udara lebih segar dan suasana hati jadi tenang. 
Bagi saya, kebersihan itu cermin dari kesadaran dan kepedulian kita. Mulai dari langkah kecil seperti plogging saja sudah bisa membawa perubahan. Selain membuat tubuh sehat, kegiatan ini juga menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap tempat kita tinggal. Karena kalau bukan kita yang menjaga kebersihan lingkungan, siapa lagi?. 





Selasa, 11 November 2025

UTS PSI LINGKUNGAN MUHAMMAD HAFIDZ JALLALUDDIN ANTARAPUTERA

https://docs.google.com/document/d/1bxFaI-hWJArlXNO_lKDkttDN4sDo_hXW/edit?usp=sharing&ouid=106003821665008731891&rtpof=true&sd=true Nama Muhammad Hafidz Jalaluddin Antaraputra Nim 24310410003 UTS PSIKOLOG LINGKUNGAN Fenomena perbedaan cara memandang perumahan antara mahasiswa dan penghuni di Amerika Selatan bisa dijelaskan dengan teori persepsi lingkungan yang dipelopori Paul A. Bell dan timnya pada tahun 2001. Dalam mata kuliah Psikologi Lingkungan, foto perumahan tersebut membuat reaksi yang sama dari para mahasiswa, yaitu merasa lingkungan itu kumuh, tidak nyaman, dan tidak layak huni. Mayoritas mahasiswa menyatakan tidak mau tinggal di sana kecuali dalam situasi yang memaksa. Bahkan jika harus tinggal, mereka berencana membersihkan, mengecat ulang, dan memperbaikinya. Namun fakta bahwa perumahan itu masih dihuni menunjukkan bahwa penghuni memiliki cara memandang lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini bisa dijelaskan melalui skema persepsi lingkungan menurut Bell dan rekan-rekannya. Menurut Bell dkk. (2001), cara seseorang memandang lingkungan adalah hasil dari proses aktif tubuh dalam menerima, memilih, mengatur, dan memahami rangsangan dari lingkungan fisik. Proses ini bukan semata-mata pasif, melainkan dipengaruhi oleh faktor internal seperti kebutuhan, nilai, motivasi, dan pengalaman, serta faktor eksternal seperti situasi sosial, ekonomi, dan budaya. Sarwono (1995) juga mengatakan bahwa cara seseorang memandang lingkungan sangat tergantung pada makna yang ia berikan terhadap rangsangan tersebut. Jadi, dua orang yang menghadapi lingkungan atau objek yang sama bisa memiliki perasaan yang berbeda karena perbedaan dalam faktor pembentuk makna itu. Tahap pertama dalam skema persepsi adalah menerima rangsangan lingkungan. Dalam kasus ini, rangsangan yang diterima adalah kondisi fisik perumahan yang tampak padat, kusam, dan tidak rapi. Bagi mahasiswa, penampilan tersebut secara visual membuat kesan buruk, karena tidak sesuai dengan standar estetika dan kenyamanan tempat tinggal yang mereka kenal. Namun bagi penghuni, rangsangan yang sama mungkin tidak memunculkan kesan negatif. Mereka bisa memandang lingkungan itu sebagai tempat yang memiliki nilai fungsional, seperti lokasi strategis, biaya sewa yang lebih murah, atau dekat dengan tempat bekerja dan fasilitas umum. Dengan demikian, rangsangan fisik yang sama bisa menghasilkan makna yang berbeda bagi kelompok yang berbeda. Tahap berikutnya adalah proses perhatian selektif. Di tahap ini, seseorang hanya memperhatikan hal-hal tertentu di sekitarnya yang dianggap penting untuk kebutuhan mereka. Mahasiswa cenderung lebih memperhatikan tampilan dan kondisi lingkungan, sedangkan warga lebih memperhatikan kemudahan akses dan hubungan dengan tetangga. Perbedaan ini memengaruhi cara orang mengelompokkan dan memahami stimulus di sekitarnya. Selanjutnya, pada tahap organisasi dan interpretasi, seseorang memberi arti pada apa yang dilihat berdasarkan pengalaman hidup, kebutuhan, dan nilai-nilai sosial yang dianut. Mahasiswa, karena pendidikan dan gaya hidup yang lebih tinggi, cenderung menganggap lingkungan tersebut sebagai tempat yang kumuh dan tidak nyaman. Sementara itu, warga perumahan memandang lingkungan yang sama sebagai tempat tinggal yang layak karena memenuhi kebutuhan dasar dan memberi rasa memiliki dengan tetangga. Di sini, interpretasi dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi: bagi orang yang berpenghasilan rendah, rumah sederhana namun terjangkau bisa dianggap ideal, sedangkan bagi orang dengan standar hidup yang lebih tinggi, kondisi fisik menjadi penentu utama kenyamanan. Tahap terakhir dalam proses memahami lingkungan adalah pembentukan persepsi dan perilaku. Interpretasi yang berbeda menghasilkan persepsi yang berbeda pula. Mahasiswa memiliki persepsi negatif terhadap lingkungan tersebut, sehingga menolak tinggal di sana atau hanya bersedia tinggal jika lingkungan diperbaiki. Berbeda dengan warga perumahan yang memiliki persepsi positif dan adaptif karena menilai lingkungan sesuai dengan kebutuhan mereka. Persepsi positif ini mendorong mereka untuk tetap tinggal, beradaptasi, bahkan membangun hubungan sosial yang harmonis. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa keputusan seseorang untuk tinggal atau tidak di suatu lingkungan tidak hanya ditentukan oleh kondisi fisik, tetapi lebih tergantung pada makna yang dibentuk melalui proses persepsi. Proses ini melibatkan interaksi antara faktor individu, sosial, dan situasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Bell dkk. (2001), serta didukung oleh Sarwono (1995) dan Patimah et al. (2024), yang menekankan bahwa persepsi menjadi dasar dalam membentuk keputusan dan perilaku manusia terhadap lingkungannya. Dengan demikian, lingkungan yang terlihat kumuh bagi sebagian orang bisa dianggap nyaman dan layak oleh orang lain, karena persepsi manusia selalu dipengaruhi oleh konteks psikologis dan sosial di sekitarnya. Daftar Pustaka Bell, P. A., Greene, T. C., Fisher, J. D., & Baum, A. (2001). Environmental psychology (5th ed.). Fort Worth, TX: Harcourt College Publishers. Patimah, S., Hidayat, R., & Nuraini, F. (2024). Psikologi lingkungan: Teori dan aplikasi dalam konteks sosial modern. Bandung: Penerbit Psymedia. Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.