Sabtu, 06 April 2019

STRATEGI PENGELOLAAN WAKTU YANG EFEKTIF BAGI MAHASISWA KARYAWAN

STRATEGI PENGELOLAAN WAKTU YANG EFEKTIF BAGI MAHASISWA KARYAWAN KLINIK KARIR DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UP45



Rr. Sekarlangit Ayuningtas Rahawarin
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Dear mbak Sekar,
Boleh ya mbak aku konsultasi. Aku sangat bingung, dan saya tidak punya teman untuk curhat. Mbak Sekar kan dari Psikologi, pasti bisa menolong aku. Begini mbak, saya itu mahasiswa dan juga sekaligus karyawan pada sebuah perusahaan swasta. Saya menjadi mahasiswa karena sangat ingin seperti mbak Sekar yang juga sarjana Psikologi. Bekal menjadi sarjana juga akan bisa mengembangkan karir saya kelak. Saya pikir menjadi mahasiswa Psikologi itu mudah, bisa sambil bekerja. Kenyataan yang ada, tugas-tugas perkuliahan sangat banyak. Saya menjadi stress, karena pimpinan di tempat kerja saya juga sangat demanding.
Dampaknya saya sering mbolos kuliah, terlambat mengumpulkan tugas. Pekerjaan di perusahaan ini sangat berarti bagi saya, karena saya sudah tidak mendapat kiriman dari orangtua. Jadi saya tidak mungkin keluar dari pekerjaan dan dalam waktu yang sama saya juga ingin menjadi sarjana. Saya bingung membagi waktu mbak Sekar. Saya mohon nasihatnya ya mbak. Oh ya, nama saya Ro, usia 23 tahun. Saya bekerja di Mall Jogja expo center  sebagai penjaga counter. Terima kasih ya mbak Sekar, dari Ro.

JAWAB
Halo mas Ro, saya merasa terhormat menjadi teman curhat mas Ro. Baiklah, saya jawab persoalan mas Ro. Menurut Spielberg (1950), stress adalah situasi psikhis pada seseorang yang mana ia harus menghadapi tuntutan-tuntutan yang berasal dari lingkungan (faktor eksternal). Tuntutan tersebut jauh lebih berat daripada ambang kemampuan individu dalam menyangga beban psikhis. Di sisi lain, individu tidak mampu untuk keluar dari situasi yang menekan tersebut. Bila tidak ada pertolongan dari luar atau perubahan mendasar dari individu, maka ia akan mengalami depresi. Situasi stress tersebut adalah termasuk jenis negatif dari stress. Stress ada juga yang berjenis positif. Artinya individu yang mengalami stress (tertekan), namun ia justru terpacu untuk mengatasinya.

Saya berpikir mas Ro akan menjadi lebih baik bila mengalami stress positif. Ketahuilah, pemilihan stress menjadi positif atau negatif bergantung pada motivasi seseorang. Bila ia mempunyai motivasi kuat, maka ambang stress akan menjadi tinggi, atau individu tidak mudah mengalami kelelahan psikhis. Ia akan lebih tahan banting.

Persoalannya adalah bagaimana mendapatkan motivasi yang kuat. Cara untuk mendapatkan motivasi yang kuat adalah dengan selalu berinteraksi dengan orang-orang yang positif. Orang-orang positif tersebut akan selalu mendukung, memberi nasehat, dan memperlihatkan suri tauladan perilaku.

Jadi mas Ro, cobalah untuk selalu bergaul dengan orang-orang positif tersebut. Kalau perlu bikinlah kelompok belajar di kalangan mahasiswa tempatmu belajar. Tips selanjutnya adalah untuk selalu makan 4 sehat 5 sempurna. Makanan yang bergizi tinggi efektif menurunkan stress. Sering-seringlah berolah raga, sehingga aliran darah di otak menjadi lancar dan mas Ro akan menjadi lebih mudah dalam berpikir.

Strategi selanjutnya adalah membicarakan kesulitan mas Ro dengan dosen di tempatmu kuliah. Bila dosen mengetahui permasalahanmu, maka ia akan berempati. Meskipun demikian, jangan coba-coba untuk tidak mengerjakan tugas lho. Saya pikir, dispensasi dari dosen hanya untuk frekuensi masuk kuliah, bukan untuk menawar tugas. Cobalah untuk berperilaku profesional, sehingga dosen juga merasa dihargai.

Itu dulu mas Ro, jawaban saya. Semoga bermanfaat, selamat bekerja dan sekaligus menuntut ilmu untuk menuju masa depan yang lebih cerah.
Salam hangat, Sekar.


Daftar Pustaka

Spielberg, D. (1950). Faktor stress kerja. Stress kerja . 1(3), …7… - …8……



0 komentar:

Posting Komentar