Kamis, 11 Februari 2016

PENERAPAN MAKNA HARI VALENTINE DI TEMPAT KERJA



Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Valentine sering diasosiasikan dengan perilaku menyayangi pasangan. Hari Valentine biasa dirayakan pada 14 Februari. Pada hari itu, orang-orang akan memberikan sesuatu yang menyenangkan hati pasangannya. Benda-benda yang biasa diberikan pada pasangannya antara lain coklat, bunga, kaus dengan disain yang memperlihatkan cinta, musik cinta, dan masih banyak lagi. Begitu istimewanya hari itu, sehingga tidak sedikit pasangan-pasangan telah meresmikan hubungannya pada tanggal keramat tersebut.

Problem yang relevan dengan hari Valentine adalah perilaku kasih sayang itu hanya ditujukan kepada pasangannya saja. Padahal kasih sayang itu juga penting ditujukan kepada rekan kerja, pemimpin, bawahan, dan terutama organisasi tempat individu berkarya. Mengapa hal ini perlu didiskusikan? Kasih sayang pada hal-hal yang berbau kerja, jarang ditampakkan oleh para aktor organisasi. Individu lebih suka bergaul, besosialisasi dengan orang-orang yang disukainya. Hal ini tampak ketika di tempat kerja, maka individu secara otomatis duduk di dekat rekan kerja yang disukainya. Rekan kerja yang dibenci apalagi pemimpin yang kejam adalah figur-figur yang selalu dihindarinya. Individu berinteraksi dengan figur yang tidak menyenangkan itu hanya seperlunya saja / sesuai kebuuthannya.

Berkenaan dengan hari Valentine ini, bisakah kita semua menyayangi rekan kerja yang menyebalkan dan menyayangi pemimpin yang kejam? Sungguh sulit himbauan itu. Meskipun demikian ada hal penting yang perlu direnungkan yaitu tentang keberadaan organisasi. Figur menyebalkan bisa diatasi dengan cara berinteraksi seperlunya, namun organisasi tetap harus disayangi, dirawat dan diberi pupuk agar tumbuh kuat. Hal ini karena kita semua menggantungkan hidup pada organisasi. Sungguh tidak adil bila kita menggantungkan hidup pada organisasi, namun kita juga menjelek-jelekkan organisasi. Itu adalah karakter orang yang munafik.


Apa saja perilaku yang bisa ditampakkan sebagai bukti cinta pada organisasi? Perilaku sederhana cinta organisasi adalah selalu membicarakan / mempromosikan hal-hal baik tentang organisasi kepada masyarakat luas. Perilaku-perilaku lain yang juga baik seperti tidak korupsi, bekerja dengan baik, tidak terlambat masuk kerja, membantu rekan kerja, dan berprestasi, memang bisa dimasukkan dalam perilaku cinta organisasi namun hal itu sudah terlalu umum dan sudah seharusnya dilakukan oleh karyawan. Perilaku mempromosikan organisasi, sebaliknya, jarang diulas. Hal ini karena kita semua sering berasumsi bahwa umur organisasi selalu lebih tua daripada umur karyawan. Ini adalah asumsi yang keliru, karena tidak sedikit organisasi mati (bangkrut) sehingga harus memberhentikan karyawan.

Bila semua karyawan dan pimpinan berperilaku cinta pada organisasi, maka semua perilaku akan ditujukan untuk menyuburkan dan membesarkan organisasi. Organisasi yang besar dan kuat, juga akan membuat karyawan semakin sejahtera. Jadi mencintai organisasi sebenarnya juga memberikan keuntungan yang berlipat-lipat bagi semua karyawan.

Topik hari Valentine dalam dunia kerja ini adalah topik siaran di RRI Kotabaru Yogyakarta pada 10 Februari pukul 20.00-21.00, dengan pemandu mas Fery. Siaran di RRI ini adalah hasil kerja sama Fakultas Psikologi UP45 dan RRI Yogyakarta. Dua nara sumber lainnya yang hadir adalah mas Andri Azis dan mbak Oliq Lolita. Hal yang menarik dari siaran ini adalah pamitnya mbak Oliq dari UP45. Terhitung mulai 10 Februari 2016, mbak Oliq sudah pergi dan berkarya di organisasi lain. Kami semua sangat merasa kehilangan, karena mbak Oliq adalah rekan kerja yang menyenangkan.

Siaran kali ini juga cukup meriah, karena ada banyak tanggapan dari pendengar. Mereka antara lain Ibu Rahayu dari Parangtritis, mas Andrey pemerhati dunia anak-anak, mas Aldi dari Muntilan, dan pak Wibi dari desa. Pertanyaan mereka unik dan sangat inspiratif, sehingga acara ini memang sudah ditunggu-tunggu para pendengar.

0 komentar:

Posting Komentar