Selasa, 23 Desember 2025

Psikologi Lingkungan Esai 7 - Belajar dari Lingkungan, Melihat Sampah di TPST Randu Alas

 Pengelolaan Sampah di TPST Randu Alas

Agnes Lingga F U- 23310420047

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

 



Pengelolaan sampah merupakan salah satu isu lingkungan yang sangat mendesak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Krisis sampah yang muncul sejak awal tahun dua ribu lima belas, ketika TPA Piyungan mencapai kapasitas penuh jauh lebih cepat dari prediksi, menjadi titik balik bagi banyak wilayah untuk mencari strategi alternatif. Salah satu tempat yang berupaya menjawab tantangan tersebut adalah TPS 3R Randu Alas. Melihat langsung proses pengolahan di sana membuat saya menyadari bahwa persoalan sampah tidak sesederhana membuang dan melupakan, tetapi merupakan rantai panjang yang membutuhkan kesadaran, kerja sama, serta tanggung jawab dari setiap individu.

TPS 3R Randu Alas mulai bergerak pada bulan Februari 2016. Tempat ini awalnya hanyalah sebuah bank sampah yang menerima setoran dari warga. Namun seiring meningkatnya volume sampah dan kebutuhan penanganan yang lebih serius, Randu Alas kemudian dilengkapi dengan berbagai alat pengolahan hingga akhirnya berkembang menjadi unit pengolahan terpadu.

Konteks berdirinya TPS ini tidak terlepas dari peristiwa krisis pada tahun dua ribu lima belas. Saat itu TPA Piyungan dinyatakan penuh padahal proyeksi awal memperkirakan kapasitasnya baru habis pada sekitar tahun dua ribu tiga puluh. Akibatnya banyak TPS dan TPST di wilayah Sleman terpaksa mencari solusi sementara agar sampah tidak menumpuk.

Di Randu Alas, sampah dipilah menjadi dua kategori utama, yaitu organik dan anorganik. Sampah organik diolah menjadi kompos, pupuk organik cair, serta biogas. Teknik dumping diterapkan sebagai bagian dari proses pengomposan. Kompos yang dihasilkan kemudian dibeli oleh lembaga dan digunakan untuk taman taman di wilayah Sleman. Sementara itu sampah anorganik dipilah kembali berdasarkan jenis lalu dikembalikan ke pabrik daur ulang. Pemilahan menjadi kunci karena seluruh proses lanjutan sangat dipengaruhi oleh kualitas sampah yang diterima.



Sebelumnya TPS ini masih dapat membuang residu ke TPA sebanyak dua kali dalam satu minggu. Namun setelah TPA Piyungan tidak lagi menerima kiriman akibat kondisi darurat, TPS Randu Alas tidak memiliki pilihan selain melakukan pembakaran. Situasi ini tidak ideal, namun menjadi satu satunya cara agar sampah tidak terus menggunung. Abu hasil pembakaran digunakan untuk meratakan hanggar, dan ke depan direncanakan sebagai bahan tambahan untuk membuat batako.

Salah satu masalah terbesar yang terlihat adalah sampah rumah tangga yang datang dalam kondisi tercampur. Meskipun sosialisasi sudah dilakukan, banyak warga masih memasukkan pampers, residu makanan, dan sampah basah dalam satu wadah. Sampah yang tercampur menghasilkan bau yang lebih kuat dan memperlambat proses pengolahan. Padahal pemilahan sederhana di rumah dapat mengurangi bau secara signifikan. Petugas bahkan menyampaikan bahwa lindi dapat digunakan sebagai penangkal bau jika dikelola dengan benar, dan terdapat pula cairan E empat yang dibuat dari fermentasi buah dengan perbandingan satu banding tiga banding sepuluh, serta MOL yang digunakan untuk mempercepat pembusukan bahan organik.

Dalam pengelolaan formal, pengelola mengacu pada lima aspek utama yang menjadi dasar sistem. Aspek tersebut adalah hukum dan peraturan, kelembagaan, pendanaan, budaya masyarakat, dan teknologi. Pendanaan Randu Alas sebagian besar berasal dari iuran pelanggan. Tarifnya dibedakan berdasarkan jenis rumah tangga, rumah tangga usaha, dan ruang usaha. Dengan jumlah petugas hanya tujuh orang, beban kerja menjadi sangat besar terutama ketika sampah datang dalam kondisi bercampur dan basah. Cuaca juga berpengaruh. Ketika hujan, sampah menjadi lebih berat dan lebih cepat menimbulkan bau.

Dari sisi sosial, tantangan terbesar adalah edukasi warga. Banyak warga memiliki niat baik namun tetap salah dalam memproses sampah, terutama karena belum terbiasa memilah sejak di rumah. Selain itu stigma masyarakat terhadap bank sampah atau TPS sebagai tempat yang bau turut menghambat partisipasi. Padahal pengelola ingin menanamkan prinsip sadar, olah, dan bayar. Kesadaran menjadi fondasi utama. Ketika masyarakat sadar, proses pengolahan dapat berjalan. Ketika pengolahan berjalan, masyarakat memahami nilai manfaat sampah. Pembayaran iuran kemudian dipandang sebagai bentuk tanggung jawab bersama, bukan beban tambahan.

Di Randu Alas, sisa makanan diprioritaskan untuk pakan sementara plastik dan karton dikembalikan kepada pabrik. Sistem pengambilan sampah menggunakan tiga kendaraan Viar yang beroperasi setiap hari. Keseluruhan proses ini menunjukkan bahwa pengolahan sampah tidak hanya sekadar teknis tetapi sangat dipengaruhi oleh karakter wilayah, budaya warga, serta tingkat partisipasi rumah tangga. Bahkan dalam sistem 3R, proses recycle di TPS menjadi tahap paling akhir setelah upaya reduksi dan guna ulang dilakukan.



Kesimpulan

Kunjungan ke TPS 3R Randu Alas memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Melihat langsung bagaimana sampah yang tercampur menimbulkan bau kuat, bagaimana petugas memilah satu per satu sampah yang berasal dari rumah tangga, serta bagaimana keterbatasan alat dan lahan memaksa TPS melakukan pembakaran membuat saya jauh lebih memahami beratnya proses pengelolaan sampah. Kesadaran saya meningkat, bukan hanya pada aspek teknis tetapi juga pada tanggung jawab pribadi.

Sebagai individu, saya dapat mulai dengan hal yang sederhana seperti memisahkan sampah organik dan anorganik, mengurangi barang sekali pakai, serta memahami bahwa setiap sampah yang saya hasilkan akan memengaruhi orang lain. Saya juga belajar bahwa perilaku lingkungan tidak hanya ditentukan oleh aturan, tetapi oleh kebiasaan sehari hari di rumah. Kunjungan ini membuat saya lebih peka dan lebih menghargai kerja keras petugas yang selama ini berada di balik layar. Saya kini memahami bahwa pengelolaan sampah hanya akan berhasil jika setiap orang mau terlibat dan tidak menyerahkan sepenuhnya kepada fasilitas pengolah. Dengan meningkatnya kesadaran ini, saya berharap dapat menerapkan pola hidup yang lebih bertanggung jawab dan mendorong orang sekitar untuk melakukan hal yang sama.

 

0 komentar:

Posting Komentar